JAMBAN
A. Pengertian Feases
Yang dimaksud
kotoran manusia (feases) adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine),
dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia
didalam tulisan ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang
pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus). Karena kotoran manusia
(faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau
cara.
B. Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu ruangan yang
mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok
atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.Buang
air besar (BAB) sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan sangat
buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan.
Sebagai gantinya, BAB harus pada
tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus diperhatikan pembangunan jamban
tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.
C. Syarat-Syarat
Jamban Sehat
Kementerian Kesehatan telah menetapkan
syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan.
Berikut syarat-syarat tersebut:
1.
Tidak mencemari air
1.
Saat menggali tanah untuk lubang
kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah
maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
2.
Jarang lubang kotoran ke sumur
sekurang-kurangnya 10 meter
3.
Letak lubang kotoran lebih rendah
daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan
mencemari sumur.
4.
Tidak membuang air kotor dan buangan
air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut
2.
Tidak mencemari tanah permukaan
1.
Tidak buang besar di sembarang
tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir
jalan.
2.
Jamban yang sudah penuh agar segera
disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di
lubang galian.
3.
Bebas dari serangga
1.
Jika menggunakan bak air atau
penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk
mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah
2.
Ruangan dalam jamban harus terang.
Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.
3.
Lantai jamban diplester rapat agar
tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
4.
Lantai jamban harus selalu bersih
dan kering
5.
Lubang jamban, khususnya jamban
cemplung, harus tertutup
4.
Tidak menimbulkan bau dan nyaman
digunakan
1.
Jika menggunakan jamban cemplung,
lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan
2.
Jika menggunakan jamban leher angsa,
permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air
3.
Lubang buangan kotoran sebaiknya
dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
4.
Lantan jamban harus kedap air dan
permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodic
5.
Aman digunakan oleh pemakainya
1.
Pada tanah yang mudah longsor, perlu
ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong
anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat
6.
Mudah dibersihkan dan tak
menimbulkan gangguan bagi pemakainya
1.
Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran
2.
Jangan membuang plastic, puntung
rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran
3.
Jangan mengalirkan air cucian ke
saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh
4.
Hindarkan cara penyambungan aliran
dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa
dengan kemiringan minimal 2:100
7.
Tidak menimbulkan pandangan yang
kurang sopan
1.
Jamban harus berdinding dan berpintu
2.
Dianjurkan agar bangunan jamban
beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
Penentuan jarak tergantung pada :
- Keadaan daerah datar atau lereng;
- Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
- Sifat, macam dan susunan tanah
berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada
tiga hal yang perlu diperhatikan :
- Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
- Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
- Mudah dan tidaknya memperoleh air.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan
dalam membuat rumah jamban:
a.
Ruangan
cukup leluasa untuk bergerak.
b.
cahaya
dalam ruangan cukup terang.
c.
lubang
pertukaran hawa cukup.
d.
lantai tidak licin.
Cara
memelihara jamban sehat :
a)
Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada
genangan air
b)
Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang
jamban dalam keadaan bersih
c)
Di dalam jamban tidak ada kotoran yang
terlihat
d)
Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikur
yang berkeliaran
e)
Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air
bersih)
f)
Bila ada kerusakan segera diperbaiki.
g)
Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai
agar bebas penyakit.
h)
Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak
pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif.
i)
Jangan menggunakan alat pembersih yang keras
agar kloset tidak cepat rusak.
j)
Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut
ke dalam air misal : kertas, kain bekas, dll.
D. Macam-macam jamban
Sistem yang
dipilih adalah sistem yang mempunyai kriteria tepat, baik secara fisik sosial
atau perekonomian; selain itu sistem harus mampu menciptakan tingkat higienis
dan kenyaman masyarakat serta menjaga keberlangsungan lingkungan dimasa
depan.
Secara umum pengelolaan air buangan
yaitu sistem:
1. Sistem off-site ( terpusat )
Adalah sistem
dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam riol
pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju tempat pengolahan dan
baru dibuang ke badan air penerima. Sistem sanitasi off-site mempunyai beberapa
teknologi yang sering digunakan, antara lain:
1. Conventional Sewerage,
2. Shallow Sewers
3. Small bore sewer dengan pengolahan
2. Sistem on-site ( setempat)
Adalah sistem
dimana air limbah tidak dikumpulkan dalam satu tempat, tetapi masing-masing
yang mengeluarkan air buangan membuat sendiri sistem pengelolaannya, kemudian
di buang ke badan air penerima. Sistem ini biasa sering dipakai, antara lain:
a. Cubluk,
b. Aquaprivy dan
c. Septik Tank
Gabungan sistem ini membutuhkan tempat
penyaluran, pembuangan dan pengolahan
Beberapa keuntungan dan kerugian
sistem sanitasi setempat (On-Site) adalah:
Keuntungan:
a. Biaya konstruksi relatif rendah
b. Teknologi yang digunakan cukup
sederhana
c. Operasi dan pemeliharaan umumnya
merupakan tanggung jawab pribadi
d. Dapat menggunakan bahan / material
setempat
e. Tidak berbau dan cukup higienis jika
pemeliharaannya baik
f. Hasil dekomposisi bisa dimanfaatkan
sebagai pupuk.
Kerugian:
a. Tidak cocok diterapkan disemua daerah
(tidak cocok untuk daerah dengan kepadatannya tinggi, muka air tanah tinggi dan
permeabilitas tanah rendah)
b. Memerlukan lahan yang luas
c. Sistem ini tidak diperuntukkan bagi
limbah dapur, mandi dan cuci karena volumenya kecil, sehingga limbah cair dari
dapur dan cuci akan tetap mencemari saluran drainase dan badan-badan air yang
lain.
d. Bila pemeliharaannya tidak dilakukan
dengan baik, akan dapat mencemari air tanah dan sumur dangkal.
e. Pelayanan terbatas
Sedangkan keuntungan dan kerugian bila
menggunakan sistem sanitasi terpusat (Off-Site) adalah :
Keuntungan:
Memberikan pelayanan lebih aman,
nyaman dan menyeluruh.
a. Menampung semua air buangan rumah
tangga sehingga pencemaran terhadap saluran drainase dan badan air lainnya
serta air tanah dapat dihindari.
b. Cocok diterapkan di daerah perkotaan
dengan kepadatan penduduk menengah sampai tinggi.
c. Tahan lama dikarenakan sistem ini
dibuat dengan periode perencanaan tertentu.
d. Tidak memerlukan lahan (permukaan)
yang luas, sebab jaringan pipa ditanam di dalam tanah.
Kerugian:
Biaya investasi jaringan sangat
tinggi
a. Memerlukan teknologi yang memadai
untuk membangun dan memelihara sistem
b. Instalasi lebih rumit sehingga
memerlukan perencanaan yang tepat.
c. Keuntungan baru bisa dicapai
sepenuhnya setelah sistem dapat dimanfaatkan / digunakan oleh seluruh penduduk
di daerah pelayanan.
d. Sistem jaringan pipa yang luas
memerlukan perencanaan dan pelaksanaan jangka panjang.
Masing-masing teknologi yang
digunakan dalam sistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Convensional Sewerage
Dalam sistem
ini air buangan (dalam hal ini air dan lumpur tinja) akan masuk ke dalam
saluran. Jaringan pipa air buangan tidak selamanya sesuai dengan kondisi
perkotaan di Indonesia. Dan untuk melaksanakan sewerage di daerah perkotaan
yang kepadatannya tinggi tidaklah mudah.
Kompleks
perumahan baru dan pusat perdagangan atau industri adalah tempat yang paling
sesuai untuk sistem sewerage ini. Conventional Sewerage sebaiknya dipilih
antara lain:
a. Bila mayoritas rumah tangga sudah
memiliki sambungan air bersih.
b. Bila teknologi sanitasi setempat tidak
layak.
c. Di daerah pemukiman baru dimana mereka
mampu membiayai sewerage dan sebaiknya dilengkapi dengan IPAL.
d. Untuk daerah yang kemiringannya 1%
perlu diselidiki adanya kemungkinan untuk mengembangkan saluran drainase yang
ada dan menggunakannya sebagai sewerage gabungan.
2. Small Bore Sewer
Small
Bore Sewer (SBS) merupakan sistem yang sesuai untuk memperbaiki sistem sanitasi
pada daerah yang mayoritas menggunakan tanki septic. SBS akan menampung semua
air buangan kecuali lumpur (tinja) dari tangki septik. Walaupun air buangan
dari SBS sebagian sudah diolah di tangki septik, tetapi tetap membutuhkan
pengolahan lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas bakteriologi.
Sistem
ini di desain untuk mengalirkan bagian air buangan rumah tangga. Pasir, lemak
dan benda padat lain yang dapat menggangu saluran dapat dipisahkan dari aliran
pada tangki inteseptor yang dipasang diujung setiap sambungan yang menuju
saluran. Padatan yang terakumulasi pada tangki interseptor diangkat secara
periodik.
SBS pada umumnya cocok untuk
daerah yang datar dan mempunyai taraf muka air tinggi.
Sistem Small Bore Sewer secara
umum memiliki komponen berupa:
1. Sambungan rumah, dibuat pada inlet tangki
interseptor. Semua buangan kecuali sampah memasuki sistem melalui bagian ini.
2. Tangki interseptor (Interceptor Tank),
didesain untuk menampung aliran selama 24 jam untuk memisahkan endapan dari
cairannya. Volumenya dapat menyimpan padatan yang secara periodik akan diambil.
3. Saluran berupa pipa plastik berlubang
kecil (diameter minimum 50-100 mm) dengan kedalaman yang cukup untuk
mengumpulkan air buangan dari sambungan sistem gravitasi dan dibuat sesuai
dengan bentang alam.
4. Pembuang dan manhole, sebagai jalan
masuk dan pemeliharaan saluran serta untuk menggelontor selama pembersihan
saluran.
5. Vent, untuk memelihara kondisi aliran
yang bebas.
6. Sistem pemompaan (jika diperlukan)
untuk mengangkat effluent dari tangki interseptor ke saluran untuk mengatasi
perbedaan elevasi diperlukan bagi sistem saluran dengan area yang luas.
7. Lahan pengolahan buangan untuk
mengalirkan cairan dan jaringan pengumpul dan untuk menampung buangan padat
hasil olahan dari tangki interseptor.
8. Aliran yang masuk adalah aliran
rata-rata. Aliran maksimum dianggap sama dengan aliran rata-ratanya sedangkan
kecepatan minimum tidak memiliki batas.
Aliran
air tanah yang masuk ke dalam saluran (infiltrasi) terjadi bila letak sewer di
bawah muka air tanah, inipun biasanya kecil sekali terhadap sewer yang baru,
sehingga sering diabaikan dalam perhitungan aliran. Jadi perhitungan aliran
infiltrasi ditentukan berdasarkan keadaan sewer dan muka air tanah. Ukuran pipa
minimum untuk sambungan rumah dengan small bore sewer sistem berdiameter 50 mm,
sedang pipa minimum bagi sewer 100 mm.
3. Shallow Sewer
Shallow
sewer adalah sewerage kecil yang dipasang dangkal dengan kemiringan yang lebih
landai dibandingkan sewerage konvensional. Shallow sewer sangat tergantung pada
pembilasan air buangan untuk mengangkut air buangan padat jika dibandingkan
dengan cara konvensaional yang mengandalkan kecepatan untuk membersihkan
sendiri (self cleansing velocity).
Shallow
sewer lebih mudah dibandingkan sewerage konvensional dan lebih cocok sebagai
sewerage sekunder di daerah kampong dengan kepadatan penduduk tinggi dan jalan
lingkungannya kecil dimana tidak dilewati kendaraan berat dan sebagian besar
penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan jamban pribadi tanpa
pembuangan setempat yang memadai. Selain itu sistem ini cocok ditempatkan pada
daerah dengan kemiringan 1%.
1) Tanki Septik dan Sumur Resapan
Penggunaan
tangki septik paling banyak digunakan untuk pengolahan air buangan rumah tangga
dan sistem ini cocok untuk sistem on-site sanitation walaupun kualitas
bakteriologinya masih jelek.
Tangki septik
yang sudah umum di Indonesia adalah toilet tuang siram atau istilah lain kakus
leher angsa. Sistem ini mempunyai unit air perapat (water seal) yang dipasang
di bawah pelat jongkok atau tumpuan tempat duduk sehingga dapat mencegah
gangguan lalat dan masuknya bau ke toilet.
Air buangan
dapur dan kamar mandi sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam tangki septik kecuali
bila tanki tersebut direncanakan mampu menampung debit air buangan yang besar.
Tangki septik paling banyak digunakan penduduk sebagai penampung sementara air
buangan toilet karena biayanya yang relatif murah. Tangki septik harus
diletakkan pada lokasi yang tepat agar tidak mencemari sumber air tanah.
Jamban ini
sama dengan jamban sistem resapan. Perbedaanya terletak pada jumlah septik tank
dan cara pembuangannya. Jumlah septik tank ganda mempunyai dua atau lebih
lubang penampung kotoran. Cara pemakaian dilakukan bergilir setelah salah satu
bak penampung terisi penuh. Bak penampung yang telah penuh ditutup dan
didiamkan beberapa lama supaya kotoran dapat dijadikan kompos atau pupuk.
Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan menutup/membuka lubang saluran yang dikehendaki pada bak pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran yang telah berubah menjadi kompos dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak penampung yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.
Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan menutup/membuka lubang saluran yang dikehendaki pada bak pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran yang telah berubah menjadi kompos dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak penampung yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.
a) Proses Kimiawi
Akibat
penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70 %) zat-zat padat
akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur
bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang
menutup permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang
berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang
memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur,
yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
b) Proses Biologis
Dalam
proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain
terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi volume sludge sehingga
memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah
tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah.
Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam
tempat perembesan.
1. Bahan
1. Batako/batu
bata
2. Kayu/bambu
3. Papan
atau bahan dinding
4. Pasir
5. Bahan
atap (seng, genteng)
6. Semen
7. Pipa
plastik/ pralon besar dan kecil
8. Batu
kali dan kerikil
9. Kawat
10. Tali
11. Kloset
atau mangkokan leher angsa.
2. PERALATAN
1. Cangkul/alat
penggali
2. Alat
pertukangan kayu dan batu
3. PEMBUATAN
1. Pilih
satu model bak penampung pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Bak Penampung
Gambar 1. Model Bak Penampung
2. Tentukan
jarak dari sumber air menurut kondisi tanah seperti dalam Gambar 2
Gambar 2. Jarak Sumber Air dan Kakus
3. Bangunlah
konstruksi seperti Gambar 3.
Gambar 3. Konstruksi Kakus
4. Isilah
sekeliling bak dengan bahan porous (kerikil, ijuk, batu, dll) seperti Gambar 4.
Gambar 4. Pengisian Bahan Proses
5. Buat
penutup bak dan letakkan di atas bak seperti Gambar 5.
Gambar 5. Penutup bak
Gambar 5. Penutup bak
6. Jamban
siap dipakai, apabila sudah penuh arah pembuangan kotoran diubah melalui bak
kontrol (Gambar 6)
Gambar 6. Jamban Siap Pakai
7. Kotoran
yang sudah menjadi kompos dimanfaatkan menjadi pupuk (Gambar 7)
Gambar 7. Pemanfaatan Kotoran
4. PENGGUNAAN
1. Tutup
lubang pembuangan dibuka
2. Jongkok/duduk
diatas kloset untuk melaksanakan hajat besar
3. Setelah
selesai membuang kotoran diguyur dengan air secukupnya.
5. PEMELIHARAAN
1. Jangan
menggunakan benda keras pada waktu membongkar pupuk (untuk menghindari dinding
bak).
2. Selalu
diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak.
3. Lubang-lubang
kotoran perlu ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau.
6. KEUNTUNGAN
1. Tak
perlu membuat bak penampung berpindah-pindah
2. Kotoran
dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos (setelah 2tahun) tanpa efek
kesehatan.
3. Tanah
di sekitar bak penampung menjadi subur.
4. Lebih
rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung (gangguan, serangga,bau).
7. KERUGIAN
1. Kurang
sesuai untuk daerah yang sumber airnya dangkal.
2. Relatif
lebih mahal biaya konstruksinya.
2) Cubluk (Sumur Penampung)
Cubluk
adalah lubang/sumuran yang dibuat dengan menggali tanah dengan dinding yang
merembes air. Jadi cubluk merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menampung
air limbah manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan tinja dan
juga media peresapan dari cairan yang masuk.Jika tersedia lahan yang cukup maka
dapat dibangun duabuah lubang (cubluk kembar). Bila satu lubang penuh harus
ditutup dan dibiarkan selama paling sedikit 1 (satu) tahun agarlumpur kering
untuk selanjutnya dapat dipakaiuntuk kesuburan tanah (pupuk organik). Selain
cubluk kembar, dapat pula berupa cubluk tunggal, yang sebenarnya sama
penggunaannya hanya lubang satu, karena pertimbangan biaya dimana dengan membangun
satu cubluk, pembangunan cubluk yang kedua dapat ditangguhkan sampai pada saat
diperlukan. Namun demikian tempat untuk cubluk kedua tersebut harusdisediakan
dan jangan digunakan untuk bangunan permanen. Cubluk relatif lebih murah, lebih
mudah dibangun dan dipelihara sendiri apabila dibandingkan dengan tangki
septic.
Jamban cubluk
atau kakus cemplung (pit latrine) merupakan sarana sanitasi sederhana yang umum
digunakan di negara-negara sedang berkembang (terutama di desa-desa). Bentuknya
sangat sederhana dan terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Sumur pengumpul tinja
(cubluk)
2. pelat jongkok berikut pondasinya,
3. Bangunan pelindung (konstruksi
bagian atas)
Beberapa jenis cubluk yang umum
digunakan yaitu :
Jamban
cubluk konvensional
1. Jamban berlubang tradisional dengan
bentuk yang sangat sederhana tanpa ventilasi. (biasanya berbau dan lalat serta
nyamuk dapat berkembang biak dengan cepat.
2. Jamban Cubluk Yang Diperbaiki
dan Berventilasi (JCDV).
Jamban cubluk dengan lubang
tunggal, yang direncanakan untuk penggunaan paling sedikit 2 tahun. Umumnya
sesuai digunakan pada daerah yang air tanah dalamnya dan ukuran lubang tidak
terbatas.
3. Jamban Cubluk Ganda Yang
Diperbaiki dan Berventilasi (JCGDV)
4. Jamban dengan struktur
permanent mempunyai 2 lubang yang dapat digunakan bergantian. Jamban ini tepat
digunakan didaerah perkotaan, dimana masyarakat sanggup membiayai dan tanpa
harus memindahkannya setiap tahun.
5. Jamban Cubluk Lubang Banyak
Yang Diperbaiki dan Berventilasi.
Jamban lebih dari satu lubang yang
lebih tepat digunakan di tempat-tempat umum.
Bau yang timbul dari dalam cubluk akan
keluar akibat adanya aliran udara di ujung pipa ventilasi yang dapat terbuat
dari PVC. Pemberian ventilasi ini juga memberikan peranan penting dalam
mengurangi perkembangbiakan nyamuk dan lalat.
Penggunaan
JCDV dan JCGDV direncanakan untuk pemakaian tanpa air, artinya tinja tidak
perlu digelontor masuk ke dalam cubluk. Untuk menjaga agar cubluk tetap kering
dan mencegah pengotoran air tanah, maka pembangunan cubluk tidak dilakukan
dibawah muka air tanah. Pemakaian cubluk dilakukan bergantian selama periode
tertentu. Setiap cubluk harus didesain dengan masa periode paling sedikit 1
tahun sebelum menutup cubluknya dan menggunakan cubluk yang lain. Setelah cubluk
pertama terisi penuh sesuai masa periode desain yang telah ditentukan,
pemakaian cubluk kedua baru dimulai. Bila cubluk kedua hampir penuh, maka
cubluk yang pertama dikosongkan dan siap untuk digunakan lagi. Dengan cara
bergantian maka kedua cubluk dapat digunakan untuk jangka waktu yang tidak
terbatas. Karena kotoran tersimpan lama dalam cubluk yang sedang ditutup (tidak
digunakan), maka organisme yang dapat menimbulkan penyakit dalam kotoran akan
mati (kotoran sudah menjadi humus) sehingga tidak ada bahaya penyebaran
penyakit dari cubluk yang akan digali (digunakan kembali).
1. Bahan
1) Bambu
2) Kayu
3) Bahan
atap atau genteng
4) Bahan
dinding/penutup
5)
Paku
2. Peralatan
1. Cangkul/alat
penggali tanah
2. Gergaji
3. Golok
4. Palu
Alat pertukangan lain
3. Pembuatan
1. Gali
tanah selebar 1-1,5 m, dalam 3 m atau lebih, tergantung kebutuhan.
2. Paku
bronjong (anyaman bambu) tau bahan penguat lainnya pada dinding lobang untuk
menahan longsor.
3. Tutup
lubang dengan lantai yang berlubang dan bangunan penutup seperti pada Gambar.
4. Lubang
khusus pembuangan kotoran perlu ditutup dengan penutup yang dapat diangkat.
5. Untuk
menghindari bau yang tidak sedap, lubang septik tank perlu dilengkapi dengan
saluran pembuangan gas.
6. Bangunan
jambang perlu diusahakan agar cukup ventilasi udara dan sinar masuk.
7. Bangunan
diusahakan dari bahan yang ringan agar mudah dipindahkan.
8. Lokasi
dianjurkan agak jauh dari tempat kediaman atau perumahan.
9. Kontruksi
secara lengkap lihat Gambar
4. Penggunaan
Pemakai
langsung membuang kotorannya dari atas lubang yang telah disediakan pada banguan
penutup dengan tata cara :
·
Tutup lubang dibuka
·
Jongkok tepat diatas lubang
·
Diusahakan kotoran tidak menyentuh
dinding lubang Setelah selesai lubang ditutup kembali
5. Pemeliharaan
- Untuk mencegah penyebaran penyakit atau bau, lantai perlu dibersihkan secara teratur.
- Untuk menjaga agar bangunan tahan lama, bahan-bahan harus diresidu atau dikapur lebih dahulu sebelum dipasang.
6. Keuntungan
Kontruksi
bangunan cukup sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri tanpa memerlukan
persyaratan khusus
3) Jamban Sistem Leher Angsa
Sistem ini
sesuai untuk daerah yang mudah mendapatkan air bersih. Pada jamban leher angsa
tinja tidak langsung jatuh ke lubang penampungan kotoran. Lubang pembuangan
kotoran dilengkapi dengan mangkokan seprti leher angsa. Bila pada mangkokan tersebut
dituangi air, pada bagian leher angsa akan
tertinggal air yang menggenang yang berfungsi sebagai penutup lubang.
tertinggal air yang menggenang yang berfungsi sebagai penutup lubang.
Model kakus
leher angsa adalah wc kakus yang bentuknya melengkung mirip leher angsa yang
banyak digunakan di seluruh dunia. Toilet jenis ini bisa benbentuk wc jongkok
dan wc duduk tergantung selera. WC ini dapat mencegah bau dan keluar masuk
binatang sehingga menjadi kakus yang paling baik dan sehat karena disertai
septic tank / sepiteng / penampung tinja yang aman dari kontaminasi ke lingkungan
sekitar dan jaraknya bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi lokasi yang
ada.
0.
Bahan
a) Batako/batu
bata
b) Mangkokan
leher angsa atau kloset pasir
c) Bahan
atap
d) Semen
e) Kayu
f) Papan
atau bahan dinding batu kali dan kerikil
g) Pipa
pralon besar dan kecil
h)
Ijuk
0.
Peralatan
a)
Gergaji
b)
Alat pertukangan kayu dan batu
1.
Pembuatan
Kontruksi kakus sistem leher angsa ada 3 macam :
Kontruksi kakus sistem leher angsa ada 3 macam :
a) Bak
penampungan kotoran langsung di bawah lubang pembuangan.
b) Bak
penampungan kotoran di samping bawah lubang pembuangan dengan penghubung pipa
saluran dan bak reapan.
c)
Seperti 2 dimana bak resapan sebagai
penyaring.
Bentuk kloset yang dipakai dapat dipilih sistem jongkok atau sistem duduk.
Ketiga kontruksi pembuatan jamban tipe ini dapat dilihat pada Gambar berikut :
Bentuk kloset yang dipakai dapat dipilih sistem jongkok atau sistem duduk.
Ketiga kontruksi pembuatan jamban tipe ini dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 1.
Tipe Langsung
Gambar 2. Tipe tidak langsung
2.
PENGGUNAAN
1. Siramkan
air pada mangkokan leher angsa supaya tidak lengket
2. Jongkok
atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
3. Setelah
selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran bersih
3.
PEMELIHARAAN
1. Pakailah
karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit.
2. Hindarkan
menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri
pembusuk tetap berperan aktif.
3. Lantai,
kloset jamban harus selalu dalam keadaan bersih.
4. Jangan
menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat rusak.
5. Jangan
membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal : kertas, kain
bekas, dll.
4.
KEUNTUNGAN
1. Lebih
sehat, bersih dan punya nilai keleluasaan pribadi yang tinggi.
2. Karena
proses pembusukan dan sistem resapan, bak tidak cepat penuh.
3. Timbulnya
bau dapat dicegah oleh genangan air dalam leher angsa.
4. Dapat
dipasang di luar atau di dalam rumah.
5. Dapat
dipakai secara aman bagi anak-anak.
6. Bila
penuh dapat dikuras/dikosongkan.
5.
KERUGIAN
1. Selalu
menguras bila bak penampung penuh lumpur.
2. Biayanya
cukup mahal dan perlu keahlian teknis.
3. Bagi
masyarakat yang belum biasa menggunakan perlu bimbingan
4) Jamban Plengsengan
Penggunaan
jamb an tanpa leher angsa dengan tutup untuk memutuskan m ata rantai penularan
penyakit m elalui kotoran manusia m asih m emiliki kelemahan yaitu menimbulkan
bau dan tanpa tutup mungkin ma sih menarik lalat, dimana lalat tersebut dapat m
encemari m akanan dengan kotoran.
Namun tangan
yang kontak dengan kotoran setelah buang air besar mungkin dapat m encemari m
akanan atau langsung ke mulut, m aka upaya untuk tidak terjadinya pencem aran
tersebut dianjurkan untuk m embiasakan cuci tangan sesudah buang air besar dan
sebelum menyajikan makanan.
5) Jamban Empang (Fishpond Latrine)
Jamban
ini dibangun diatas empang ikan. Didalam sistem jamban empang ini terjadi daur
ulang (recycling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang,
dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya.
Jamban empang ini mempunyai fungsi
yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah
protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).
6) Jamban Pupuk (the Compost Privy)
Pada
prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya.
Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah,
daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
- Mula-mula membuat jamban cemplung biasa..
- Dilapisan bawah sendiri, ditaruh
sampah daun-daunan.
- Diatasnya ditaruh kotoran dan
kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap hari.
- Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup
lagii dengan daun-daun sampah, selanjutnya
ditaruh kotoran lagi.
- Demikian seterusnya sampai penuh.
- Setelah penuh ditimbun tanah dan
membuatt jamban baru.
- Lebih kurang 6 bulan kemudian
dipergunakkan pupuk tanaman.
7) Jamban air (Water latrine)
Jamban ini
terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat
pembuangan tinja. Proses pembusukanya sama seperti pembusukan tinja dalam air
kali.
8) Jamban empang / gantung (Overhung
latrine)
Jamban ini
semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya.
Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat
didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan
wabahJamban Empang (Fishpond Latrine)
Jamban
ini dibangun diatas empang ikan. Didalam sistem jamban empang ini terjadi daur
ulang (recycling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang,
dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya.
Jamban
empang ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan
oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan
9) Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya
dibuat dengan mempergunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang
disebut boor aunger dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu
lubang itu harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali
seperti pada kakus cemplung atau plengsengan, karena diameter kakus bor ini
jauh lebih kecil. Pengeboran pada umumya dilakukan sampai mengena air tanah. Perlengkapan lainnya dan cara
mempergunakan, dapat pula diatur seperti pada kakus cemplung dan kakus
plengsengan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Anonym.
2011. Sisitem pengolahan air limbah. http://campuraduk-
arale.blogspot.com /2011/05/sistem-pengelolaan-air-limbah-domestik.html. di akses tanggal 9 april 2012.
·
Anonym.
2011. Syarat membuat jamban sehat . <http://www.sanitasi.or.id/index.
php?option=comcontent&view=article&id=255:tujuh-syarat-membuat-jamban-sehat&catid=55:berita&Itemid=125> di akses tanggal 9 april 2012
·
Anonym.
2011. Jamban sehat. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=
5&doc =5d2. Di
akses tanggal 9 april 2012
·
Anonym.
2011. Jamban sehat. http://nhyar-chaem.blogspot.com/2010/06/
jamban- sehat.html>
Di akses tanggal 9 april 2012
·
Anonym.
2011. Sistem sanitasi setempat. <http://www.scribd.com/doc/ 76867049/Sistem-sanitasi-setempat.
Di akses tanggal 9 april 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar