ARTIKEL
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN
KERACUNAN MAKANAN
DI SUSUN OLEH :
NAMA :
BURHANUDDIN KALANA JAYA
NIM :
A9.10.01.0011
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI D-
III
2011
KERACUNAN MAKANAN
A.
Pengertian
Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah gastroenteritis akut yang disebabkan
oleh konsumsi dari bahan makanan atau minuman yang mengandung mikroorganisme
patogen atau racun mereka atau jenis zat kimia beracun. Insiden keracunan
makanan adalah umum di antara hostel, hotel, menyusui komunal, dan selama musim
festival. Kisah biasa adalah, tiba-tiba mengalami gejala serupa dalam kelompok
orang dengan riwayat asupan terakhir dari makanan dari sumber yang sama.
Menurut Gaman dan Sherington (1996 : 255-256) yang mengatakan
bahwa keracunan makanan adalah gejala yang disebabkan karena mengkonsumsi
makanan yang beracun atau terkontaminasi bakteri atau mikroorganisme. Gejala
yang paling umum adalah sakit perut, pusing, muntah dan diare. Makanan yang
dapat menyebabkan terjadinya gejala keracunan makanan, bisa juga nampak kurang
membahayakan, misalnya warna, rasa dan bentuk fisik yang tampak normal dan
tidak ada tanda-tanda kerusakan, tetapi ternyata mengandung bakteri atau
mikroorganisme yang membahayakan.
B.
Penyebab
Keracunan Makanan
Ditinjau dari penyebabnya, keracunan makanan disebabkan oleh
tiga hal yaitu :
1. Keracunan Makanan Secara Kimiawi
Keracunan makanan secara kimiawi disebabkan terdapatnya bahan
kimia beracun dalam makanan. Keracunan tersebut dapat berasal dari bahan kimia
pertanian, yang sengaja dipergunakan untuk kegiatan produksi. Penggunaan
pembasmi rumput dan insektisida sangat penting untuk memperoleh hasil yang
baik, tetapi beberapa dari senyawa ini dapat membahayakan jika digunakan tidak
sesuai dengan aturan karena dapat bersifat toksis jika dikonsumsi dalam dosis
yang tinggi. Sedangkan pada jumlah yang kecil biasanya tidak menimbulkan
pengaruh bahaya di dalam tubuh. Bahan kimia pembasmi rumput dan insektisida
harus diuji terlebih dahulu sebelum dipasarkan dan petani harus diberi
instruksi yang rinci tentang cara-cara penggunaannya yang baik. Keracunan juga
dapat disebabkan oleh bahan-bahan yang berasal dari logam tertentu (misalnya
timah, merkuri, dan kadmium) di dalam tubuh. Kadar kadmium dan merkuri yang tinggi
telah ditemukan pada ikan yang ditangkap dari perairan yang mengalami cemaran
bahan buangan industri. Keracunan timah dapat timbul oleh air minum yang
melewati pipa yang terbuat dari timah hitam.
2. Keracunan Makanan Secara Biologis.
Keracunan makanan secara biologik
karena memakan tumbuhan yang mengandung substansi yang terdapat secara alami
dan bersifat membahayakan.
Biasanya jarang menjadi penyebab keracunan makanan. Gangguan kesehatan yang
dialami dapat terjadi karena penyiapan makanan yang kurang baik ataupun
pemilihan makanan yang tidak tepat (misalnya mengkonsumsi jamur beracun).
Jamur beracun dan tanaman beracun
Gangguan kesehatan yang
dialami dapat beragam, mulai dari yang ringan hingga membahayakan jiwa,
tergantung dari jenis jamur yang dikonsumsi. Gejala yang sering timbul adalah
mual, muntah & diare. Beberapa jenis jamur dapat menghasilkan toksin
syaraf, yang menyebabkan berkeringat, gemetar, halusinasi & bahkan koma.Ada
beberapa spesies jamur beracun, seperti Amanda phalloides dan A. Virosa, yang dapat
menyebabkan sakit dan juga dapat menyebabkan kematian. "Deadly nightshade
" adalah sejenis tanaman semak yang tumbuh di selurula Eropa dan Asia .
Semua bagian tanaman tersebut mengandung obat "Belladonna", yang
kadang-kadang digunakan dalam pengobatan untuk penyembuhan asma, penyakit
paru-paru, dan penyakit jantung. Tetapi obat tersebut juga dapat menyebabkan
kematian, jika dosisnya terlalu tinggi, kematian juga dapat terjadi pada
anak-anak yang keracunan akibat memakan buah dari tanaman tersebut. Jenis-jenis
kentang yang merupakan anggota keluarga "nightshade", salah satunya
adalah kentang hijau yang mengandung bahan yang disebut solanin, yang
menyebabkan sakit bahkan kematian bila dimakan dalam jumlah yang banyak.
Asam oksalat
dalam bentuk kalium oksalat, terdapat di dalam getah tanaman seperti bayam.
Senyawa tersebut juga terdapat dalam tubuh manusia dalam jumlah yang sangat
kecil. Tetapi jika dalam jumlah yang banyak senyawa tersebut dapat berbahaya,
dan mengkonsumsi bayam dalam jumlah yang banyak juga dapat membahayakan tubuh
manusia.
3. Keracunan
Makanan Karena Mikroorganisme
Pada
dasarnya mikroorganisme dapat membantu kehidupan makhluk hidup yang lain,
tetapi mikroorganisme juga dapat membahayakan karena beberapa dari jenis
mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan sakit yang cukup serius pada makhluk
hidup yang lain ( Gaman dan Sherrington, 2000 : 255 ).
Berikut
adalah beberapa penyebab terjadinya keracunan makanan, yang medicastore ambil
dari emedicinehealth.com :
a. Virus
1)
Norovirus
Adalah kelompok virus yang menyebabkan penyakit yang tidak
terlalu berat (sering disebut dengan flu perut/flu usus). Gejala yang timbul
adalah mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala & demam.
Gejala-gejala tersebut biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 2-3
hari. Virus ini menjadi penyebab paling umum dalam kasus keracunan makanan pada
orang dewasa & biasanya masuk kedalam tubuh melalui air, sayuran &
kerang yang terkontaminasi oleh feses, dapat juga dari orang ke orang.
2)
Rotavirus
Dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan yang sedang
hingga berat, biasanya ditandai dengan diare cair & demam. Merupakan
penyebab umum keracunan makanan pada bayi & anak-anak, dan biasanya masuk
kedalam tubuh dari orang ke orang melalui kontaminasi feses pada makanan ataupun
saat berbagi tempat bermain.
3)
Hepatitis A
Virus hepatitis A dapat menyebabkan keracunan makanan yang
ditandai dengan demam, hilangnya nafsu makan, nyeri perut & merasa lelah,
yang kemudian diikuti dengan mata & kulit yang berwarna kuning (jaundice).
Gejala tersebut biasanya berlangsung kurang dari 2 bulan, tetapi dapat kambuh
& muncul lagi dalam jangka waktu hingga 6 bulan. Virus tersebut masuk
kedalam tubuh dari orang ke orang melalui kontaminasi makanan oleh feses.
b. Bakteri
Bakteri dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan
melalui 2 cara. Beberapa bakteri dapat menginfeksi usus, yang menyebabkan
terjadinya peradangan & kesulitan untuk menyerap nutrisi & air,
sehingga timbul diare. Bakteri jenis lain dapat menghasilkan senyawa kimia dalam
makanan (sering disebut dengan toksin) yang berbahaya bagi sistem pencernaan
manusia. Saat termakan, senyawa kimia tersebut dapat menimbulkan mual, muntah,
kegagalan ginjal bahkan kematian.
1)
Salmonella
Salmonella adalah bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya
keracunan makanan dengan gejala mual, muntah, diare berat & sakit kepala
serta nyeri persendian (beberapa minggu kemudian). Pada orang dengan kekebalan
tubuh yang bermasalah (seperti pada penderita gagal ginjal, penderita HIV/AIDS
atau mereka yang menjalani kemoterapi), salmonella dapat menyebabkan penyakit
yang membahayakan jiwa. Bakteri tersebut biasanya masuk kedalam tubuh melalui
makanan yang tidak dimasak hingga matang (seperti pada telur, unggas, makanan
laut ataupun produk susu).
Salmonellosis
mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah demam tifoid.
Bentuk umum salmonellosis adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh
bakteri salmonella gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke
orang dan dari hewan ke orang. Makanan yang biasanya mengandung salmonella
adalah daging, daging unggas, susu dan telur. Salmonella sering
ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui
makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci
dengan bersih juga dapat menyebarkan bakteri ini.’
Gejala
gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual, kram
perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada tinja.
Gejala awal biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang
terkontaminasi. Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama
dua sampai lima hari. Namun, salmonellosis bisa berakibat fatal pada
bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus yang sangat jarang,
salmonella bisa menembus aliran darah sehingga menyebabkan artritis,
penyakit jantung, infeksi tulang dan masalah perut jangka panjang.
Perawatan
infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak minum untuk
mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan terlalu
banyak cairan, dia harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus.
Antibiotik dan obat anti-diare mungkin diberikan untuk mengontrol gejala
yang parah.
2) Campylobacter
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan dengan gejala demam,
diare cair, sakit kepala & sakit pada otot. Campylobacter merupakan bakteri
penyebab keracunan makanan yang paling sering ditemui di dunia. Biasanya masuk
kedalam tubuh melalui konsumsi unggas mentah, susu mentah ataupun air yang
terkontaminasi oleh kotoran hewan.
3) Escherichia
coli (E coli)
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan
diare cair dalam jumlah banyak & dapat menjadi diare yang bercampur dengan
darah. Terdapat berbagai tipe dari bakteri jenis ini. Yang terberat dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan ginjal & kematian (sekitar 3-5 % dari
seluruh kasus). Bakteri tersebut masuk kedalam tubuh melalui makan daging yang
kurang matang, susu yang tidak dipasteurisasi atau air minum yang
terkontaminasi.
Kebanyakan
strain Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri bermanfaat yang hidup
dalam sistem pencernaan. Mereka tidak menyebabkan penyakit. Namun beberapa
strain E. coli dapat menyebabkan efek keracunan pada tubuh. Salah satu
strain yang paling ditakuti adalah E. coli 0157 yang menghasilkan
racun yang disebut toksin Shiga. Racun ini merusak sel-sel dinding usus
sehingga menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli 0157 juga memecah sel
darah merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah trombosit. Pada 10%
kasus, keracunan E. coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan ginjal
dan organ penting lainnya. Risiko kematian terutama tinggi pada anak-anak
dan lansia.
E.
coli 0157 memiliki masa inkubasi antara 1-3 hari. Waktu tersebut dibutuhkan
bakteri untuk melakukan perjalanan ke usus besar dan berkembang biak di
sana ke tingkat yang menyebabkan masalah. Karena bakteri terutama memengaruhi
usus besar, gejala utama adalah sakit perut dan diare. E. coli 0157
jarang menyebabkan muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut
dan diare hebat sehingga ada bintik-bintik darah segar di
tinjanya. Berbeda dengan jenis keracunan makanan lainnya, E. coli 0157 sangat
gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau lebih sebelum diare mereda.
Keracunan
E. coli timbul karena mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi
cincang. Jika daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup
dan berkembang biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri
hidup dalam burger atau sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E.
coli. Bakteri ini juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang
tercemar kotoran hewan.
E.
coli tidak terpengaruh oleh obat antibiotik. Perawatan keracunan E. coli
hanya bersifat suportif dengan banyak mengganti cairan yang hilang. Orang
yang mengalami masalah ginjal akibat komplikasi mungkin perlu perawatan
dialisis.Salah satu wabah terbesar E.coli 0157, terjadi di Wishaw di
Skotlandia pada tahun 1996 yang disebabkan oleh daging
yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang jatuh sakit, dua puluh di antaranya
meninggal dunia.
E.coli
termasuk bakteri gram negatif yang tidak membentuk spora, berbentuk batang
anaerob fakultatif dan tergolong kedalam famili Enterobaktericeae. Secara
tipikal bakteri ini akan tumbuh pada suhu sekitar 7-10°C sampai 50°C dengan
suhu optimal bagi pertumbuhannya adalah 37°C. Kuman E.coli akan tumbuh
pada kisaran pH 4,4-8,5. Nilai aw yang minimal untuk pertumbuhannya adalah 0,95
.
Bakteri
Escherichia
coli secara normal (komensal) terdapat dalam saluran usus besar/kecil
pada anak-anak dan orang dewasa sehat dan jumlahnya dapat mencapai 109 CFU/g.
Bakteri ini dikenal sebagai mikroba indikator kontaminasi fekal dan dibagi
dalam dua kelompok yaitu non patogenik dan patogenik. Ada empat kelompok
patogenik penyebab diare yaitu EPEC (Enteropathogenic Escherichia coli),
ETEC (Enterotoxigenic Escherichia
coli), EIEC (Enteroinvasive Escherichia coli) dan VTEC (Verotoxin
Escherichia coli).
Sumber
EPEC, ETEC, EIEC, dan VTEC adalah manusia. Kontaminasi makanan berasal dari
karyawan pengelola makanan atau dari kontak dengan air yang mengandung buangan
manusia. Infeksi orang dewasa sehat memerlukan dosis paling sedikit 108 sel
baik melalui pangan atau air yang tercemar. Sumber utama VTEC, EPEC, ETEC, EIEC
terdapat pada alat pencernaan.
4) Shigella
(traveler's diarrhea)
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan
demam, diare yang bercampur lendir atau darah atau keduanya. Biasanya masuk
kedalam tubuh melalui air yang telah terkontaminasi dengan kotoran manusia.
5) Listeria
monocytogenes
Listeriosis adalah gangguan kesehatan yang ditandai dengan
mual & muntah. Pada beberapa orang yang terinfeksi dapat berkembang menjadi
meningitis dari bakteri ini. Biasanya masuk kedalam tubuh melalui makanan yang
tidak dimasak, seperti daging, sayuran, keju lembut & susu yang tidak
dipasteurisasi. Wanita hamil & bayi yang baru lahir mempunyai resiko yang
lebih besar untuk menderita infeksi yang serius.
6)
Clostridium botulinum
(botulism)
Bakteri Clostridium botulinum
menghasilkan racun yang mencegah transmisi impuls saraf ke otot . Mual, muntah
dan kram perut adalah gejala umum yang ditimbulkannya. Efek dimulai pada
syaraf di kepala sehingga menyebabkan penglihatan kabur/ganda dan
kesulitan menelan, kemudian menyebar ke punggung sehingga menyebabkan
kelumpuhan otot lengan, otot pernapasan, dan mungkin juga otot kaki.
Gejala ini biasanya muncul 4-36 jam setelah menelan toksin, tetapi bisa memakan
waktu hingga delapan hari.
Makanan
kaleng adalah sumber utama botulisme (keracunan botulinum). Selain itu,
botulisme juga dapat bersumber dari makanan bayi, yang dapat berakibat
fatal bagi kelompok usia ini. Cara terbaik untuk mencegah botulisme adalah
mengikuti petunjuk yang benar dalam menyiapkan dan menyajikan makanan di
rumah. Makanan yang terkontaminasi sering memiliki bau busuk, meskipun
tidak selalu demikian.
Botulisme
adalah kedaruratan medis yang harus segera mendapatkan perawatan. Dengan
tersedianya antitoksin, 90% lebih pasien botulisme dapat diselamatkan. Dapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang mempengaruhi sistem syaraf. Gejala biasanya
ditandai dengan pandangan yang kabur, kemudian kesulitan berbicara &
kelemahan seluruh tubuh. Gejala lebih lanjut adalah kesulitan bernafas &
ketidak mampuan untuk menggerakkan lengan atau kaki. Bayi & anak-anak
terutama memiliki resiko yang lebih besar. Biasanya masuk kedalam tubuh melalui
makanan dalam kemasan kaleng yang mengandung toksin tersebut.
7) Vibrio
cholera
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan
kram perut, mual, muntah & demam menggigil. Biasanya masuk kedalam tubuh
melalui daging atau makanan laut yang tidak dimasak dengan sempurna (mentah).
8) Vibrio
parahaemolyticus
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan
kram perut, mual, muntah & demam. Biasanya masuk kedalam tubuh melalui
memakan makanan laut yang mentah atau kurang matang, terutama tiram.
9)
Staphylococcus aureus
Staphylococcus
aureus termasuk bakteri gram positif, non motil, berbentuk kokus yang
anaerob fakultatif dan tidak membentuk spora. Suhu pertumbuhannya berkisar
antara 7°C- 48°C dengan pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 35-40°C. Bakteri
ini tumbuh pada kisaran pH 4,0-9,3. Nilai pH optimalnnya 7,0-7,5. Kisaran nilai
pH untuk pembentukan enterotoksin lebih sempit dan toksin yang
diproduksi lebih sedikit pada pH di bawah 6,0. Habitat bakteri ini adalah di
kulit dan pernapasan (WHO, 2006). Staphylococcus aureus menyebabkan
infeksi pada luka, menyebabkan rasa panas dan bisul-bisul. Bakteri ini juga
salah satu penyebab umum pada keracunan makanan. Sumber bakteri Staphylococcus
aureus dapat berasal dari tangan, rongga hidung, mulut dan tenggorokan
pekerja. Hal ini menjadi kritis jika pekerja yang sedang sakit tenggorokan
dibiarkan bekerja.
Keracunan
makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme ini, disebabkan oleh :
a. Orang
yang menangani atau mengolah makanan
Staphyloccocus
aureus, Salmonella, dan Clostridium perfringens semua dapat dibawa oleh orang
yang terlibat dalam penyiapan makanan.
b. Lingkungan
atau area dan peralatan
Spora
Clostridium perfringens dan Bacillus cereus dapat dijumpai pada debu di ruangan
tempat menyimpan bahan makanan. Juga, semua bakteri penyebab keracunan makan
dapat menyebar dengan kontaminasi silang.
c. Bahan
makanan
Bahan
makanan sendiri juga mengandung bakteri penyebab keracunan pada saat dibawa ke
dapur, atau bakteri dapat masuk ke bahan makanan karena kegagalan pengolahan
selama persiapan.
4.
Keracuanan Bahan Lain
a. Keracunan
ciguatera
Disebabkan karena mengkonsumsi ikan yang mengandung toksin
yang berasal dari ganggang di laut dalam. Dapat menimbulkan gangguan kesehatan
yang ditandai dengan mati rasa di daerah sekitar mulut , yang dapat menyebar ke
tangan & kaki, mual, muntah, sakit pada otot & kelemahan, sakit kepala,
pusing & denyut jantung yang tidak beraturan. Toksin tersebut juga dapat
menimbulkan gangguan pada indera perasa, dimana rasa panas akan terasa dingin
& sebaliknya. Biasanya ikan yang mengandung toksin tersebut berasal dari
perairan tropis.
b. Pestisida
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan
pandangan kabur, kelemahan, sakit kepala, kram, diare, peningkatan produksi
lendir & tangan serta kaki yang gemetar. Toksin masuk ketubuh melalui
mengkonsumsi sayur & buah yang terkontaminasi pestisida tanpa dicuci terlebih
dahulu.
C.
TANDA-TANDA
KERACUNAN MAKANAN
Pada sebagian besar kasus keracunan makanan, gejala yang
timbul hampir mirip dengan flu perut/flu usus. Gejala tersebut dapat
berlangsung mulai dari hitungan jam hingga hari, berikut gejala terjadinya
keracunan makanan yang medicastore ambil dari digestive.niddk.nih.gov :
a)
Kram
perut
b)
Mual
c)
Muntah
d)
Diare,
kadang bercampur dengan darah
e)
Demam
f)
Dehidrasi
Biasanya kasus keracunan makanan tidak terlalu berat &
dapat sembuh dalam waktu 24-48 jam. Tetapi dapat juga terjadi kasus keracunan
makanan hingga menyebabkan kematian.
D.
penanganan keracunan makanan
Penanganan utama untuk kejadian keracunan makanan adalah
dengan cara mengganti cairan tubuh yang keluar (karena muntah atau diare) baik
dengan minuman ataupun cairan infus. Bila perlu, penderita dapat dirawat di
rumah sakit. Hal ini tergantung dari beratnya dehidrasi yang dialami, respon
terhadap terapi & kemampuan untuk meminum cairan tanpa muntah.
1.
Pemberian
obat anti muntah & diare.
2.
Bila
terjadi demam dapat juga diberikan obat penurun panas.
3.
Antibiotika
jarang diberikan untuk kasus keracunan makanan. Karena pada beberapa kasus,
pemberian antibiotika dapat memperburuk keadaan. Hanya pada kasus tertentu yang
spesifik, antibiotika diberikan untuk memperpendek waktu penyembuhan.
4.
Bila
mengalami keracunan makanan karena jamur atau bahan kimia tertentu (pestisida).
Penanganan yang lebih cepat harus segera diberikan, termasuk diantaranya
pemberian cairan infus, tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa ataupun
pemberian penangkal racunnya seperti misalnya karbon aktif. Karena kasus
keracunan tersebut sangat serius, sebaiknya penderita langsung dibawa ke rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
5.
Konsumsi
Norit.
Konsumsi
norit merupakan cara efektif sebagai salah satu penyerap apapun dalam perut
karena bersifat arang aktif. Konsumsi norit hanya efektif untuk keracunan
makanan yang terjadi didalam usus atau lambung saja, namun tidak efektif pada
racun yang sudah terlanjur menyebar pada aliran darah. Selain itu norit juga
menyerap sari-sari makanan yang diperlukan tubuh, yang tentu saja merugikan.
6.
Konsumsi
air kelapa hijau.
Konsumsi
air kelapa hijau dimaksudkan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang keluar
bersama muntah dan diare.
7.
Minum
susu.
Susu
bersifat mengikat racun dalam tubuh agar tidak beredar lebih jauh, selain itu
susu bisa memicu muntah agar dapat mengeluarkan racun dalam makanan lebih
banyak. Namun perlu diketahui bahwa susu tidak dianjurkan bagi mereka yang
memiliki intoleransi laktosa ataupun alergi
laktosa.
8.
Tidak
memberikan makanan padat kepada penderita.
Sebaiknya
tidak memberikan makanan padat kepada penderita, terutama jika penderita masih
mual/muntah. Akan lebih baik jika penderita diberikan cairan sedikit demi
sedikit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat muntah/diare. Makanan
boleh diberikan kepada penderita jika penderita berhenti mual/muntah. Makanan
yang diberikan hendaknya yang bersifat lunak dan dalam porsi kecil agar mudah
dicerna, misalnya bubur.
E.
PENCEGAHAN
KERACUNAN MAKANAN
1. Masaklah
daging, unggas & telur hingga masak seluruhnya. Dengan memastikan kematangan
masakan dapat meyakinkan bahwa bakteri yang mungkin terdapat pada bahan masakan
tersebut telah mati seluruhnya.
2. Pisahkan
wadah antara bahan makanan yang masih mentah dengan yang sudah matang. Hindari kemungkinan
kontaminasi bakteri dari bahan mentah dengan selalu mencuci tangan, pisau &
peralatan yang sebelumnya digunakan untuk memproses daging mentah. Sebelum
digunakan pada makanan yang sudah matang.
3. Dinginkan. Simpan makanan yang
masih tersisa pada lemari es segera. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada
suhu ruangan, jadi sebaiknya simpan makanan yang tersisa bila tidak dikonsumsi
dalam waktu 4 jam kedepan.
4. Bersihkan. Cuci buah segar &
sayuran di bawah air yang mengalir untuk menghilangkan tanah & kotoran yang
mungkin ada. Sebaiknya buang lapisan terluar dari kol atau sawi putih. Karena
bakteri dapat tumbuh pada permukaan tempat memotong makanan, sebaiknya hindari
meninggalkan sayur & buah pada suhu ruangan dalam waktu yang lama. Selain
itu, jangan menjadi sumber dari penyakit juga, selalu cucilah tangan dengan
sabun & air sebelum menyiapkan makanan. Hindari menyiapkan makanan ketika
sedang mengalami diare.
5. Bila
terjadi kasus keracunan makanan, laporkan secepatnya pada petugas kesehatan
terdekat. Untuk dapat menghindari terjadinya kejadian yang lebih parah lagi.
6. Khusus
bila hendak membeli makanan diluar rumah, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut
ini :
- Bila makan diluar, perhatikan kebersihan makanannya.
- Jangan memakan makanan yang sudah berbau asam/basi.
- Jangan memakan makanan yang tampak sudah ditumbuhi oleh jamur.
- Bila minum es, perhatikan es batu yang digunakan karena es balok biasanya dibuat dengan air mentah untuk tujuan pengawetan ikan & bukan diperuntukkan untuk di konsimsi.
Tips mencegah keracunan makanan dari kebiasaan sehari-hari
1. Tidak mencuci tas belanja
Kantong belanja yang dapat digunakan kembali memang ramah
lingkungan, tapi tidak selalu baik untuk kesehatan. Menurut Academy of
Nutrition and Dietetics, hanya 1 dari 6 orang yang mencuci tas belanjanya
setelah digunakan secara teratur.
Tas
belanja yang jarang dicuci dapat menjadi tempat berkembang biak bakteri karena
cairan dari daging mentah bercampur dengan makanan siap saji seperti roti dan
buah.
Untuk
membantu menjaga makanan tetap bersih dan aman, cucilah tas belanja secara
teratur dengan mesin cuci atau air sabun panas sebelum digunakan kembali.
Pisahkan
barang belanjaan secara hati-hati. Pakai 1 tas untuk daging, unggas, dan ikan,
dan tas lain untuk membawa sayuran. Simpanlah tas belanjaan di tempat yang
bersih dan kering.
2. Menyimpan barang belanjaan di dalam mobil
Kunci keamanan dan kebersihan makanan adalah menyimpannya
pada suhu yang benar. Banyak orang suka meninggalkan barang belanjaan di dalam
mobil.
Jika
tidak dapat langsung menyimpan barang belanjaan ke dalam kulkas, produk daging
dan susu harus dikemas secara terpisah agar tidak mudah busuk dan mencemari
makanan lain.
3. Menyimpan makanan terlalu lama di dalam kulkas
Ayam sebaiknya disimpan di dalam kulkas selama 1 - 2 hari,
daging merah selama 3 - 5 hari, telur selama 3 - 5 minggu, dan mentega 1 -3
bulan. Tapi hal itu dilakukan hanya jika lemari es beroperasi pada suhu yang
tepat.
Academy
of Nutrition and Dietetics di AS menganjurkan untuk menjaga suhu kulkas tetap
di bawah 4 derajat Celcius dan freezer di bawah -17 derajat Celcius.
4. Membersihkan peralatan dan perlengkapan dapur dengan
spon
Tujuan dari mengelap meja adalah untuk menghilangkan bakteri
dan kuman. Biasanya, orang suka menggunakan spon basah atau lap dapur.
Spon
atau lap yang lama dipakai bisa berbahaya. Akan lebih baik jika menggunakan
tisu dapur dan larutan pembersih. Namun jika bersikeras menggunakan spon,
bersihkan spon dengan cara mencucinya dalam mesin cuci piring dan memanaskannya
dalam microwave selama 30 detik.
5. Terlalu banyak menggunakan obat maag
Antasida merupakan obat yang sering digunakan untuk mengatasi
maag. Orang yang secara teratur menggunakan antasida ternyata lebih berisiko
mengalami keracunan makanan.
Tubuh
memiliki pertahanan alami terhadap penyakit yang dibawa makanan, yaitu asam
lambung yang efektif membunuh kuman yang ikut tertelan. Antasida menurunkan
tingkat keasaman perut sehingga memungkinkan kuman masuk ke dalam usus.
6. Membiarkan peliharaan menyentuh makanan
Hewan peliharaan seperti kucing dan anjing sering
meninggalkan jejak bulu dan kotoran yang meningkatkan risiko penyakit. Centers
for Disease Control and Prevention di AS mengatakan bahwa salah 1 penyebab
utama diare di Amerika Serikat adalah infeksi Campylobacter enteritis yang
dibawa oleh hewan peliharaan.Jagalah agar peliharaan tidak menyentuh makanan
dan cuci tangan sampai bersih setelah bermain dengan peliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Anonym.2012. Tips
Mencegah Keracunan Makanan. http://seobesteasy.blogspot.com/2012/04/tips-mencegah-keracunan-makanan.html.
Diakses tanggal 10 mei 2012.
·
Anonym.2012. http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2012/02/bakteri-penyebab-keracunan-makanan/.
Diakses tanggal 10 mei 2012.
·
Anonym.2012. http://indahkeluargaku.blogspot.com/2012/05/keracunan-makanan-penyebab-dan.html.
Diakses tanggal 10 mei 2012.
·
Anonym.2012. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2194192-pengertian-keracunan-makanan-dan-penyebabnya/.
Diakses tanggal 10 mei 2012.
·
Anonym.2012. http://www.infofisioterapi.com/pendahuluan-keracunan-makanan.html#more-2549.
Diakses tanggal 10 mei 2012.
·
Anonym.2012. http://medicastore.com/artikel/330/Awas_Keracunan_Makanan.html.
Diakses tanggal 10 mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar