KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pertolongan sehingga penyusunan makalah “ TEKNOLOGI PENGOMPOSAN SAMPAH “ ini
dapat terselesaikan. Makalah ini disusun mengingat semakin meningkatnya
permasalahan masyarakat mengenai samapah terhadap lingkungan.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran baik secara tertulis maupun secara lisan.
Maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
-
Kedua Orang tua dan saudara kami yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian makalah ini.
-
Bapak Winson VS,S.ST Selaku dosen pengampu Praktikum Penyehatan
Tanah dan Pengelolaan Sampah – A.
Dalam penulisan makalah
ini tentu banyak sekali kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Jadi
besar harapan penulis atas kritikan dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sehingga dapat menjadi suatu masukan untuk kesempurnaan makalah
berikutnya.
Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya para pembaca.
Amin.
Pontianak, 13 Desember 2011
Tim Penulis
Kelompok 1
DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sampah merupakan
konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti
menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian
juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita
konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari
‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama
yang ada pada bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup
yang besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun
yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.
Salah satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah
mengelola sampah organik rumah tangga, dengan membuatnya menjadi kompos. Kompos
adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik. Pembuatannya tidak terlalu rumit,
tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya
memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak
merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli. Mari membuat kompos
skala rumah tangga.
B.
Rumusan Masalah
1. Untuk
mengetahui Pengelolaan sampah dengan membuatnya
menjadi kompos.
2.
Untuk
menambah wawasan tentang seputar kompos.
3.
Untuk
mengetahui cara mengolah sampah metode pengomposan.
4.
Untuk
mengetahui tentang standarisasi pembuatan kompos.
5.
Untuk
mengetahui cirri-ciri kompos jadi.
6.
Untuk
mengetahui cara penyimpanan kompos.
7.
Untuk
mengethui keunggulan dan kekurngan kompos.
8.
Untuk
mengetahui teknik pembuatan kompos rumah tangga.
9.
Untuk
mengetahui skala rumah tangga.
10.
Untuk
mengetahui bahan utama dari jerami.
11.
Untuk
mengetahui pembuatan kompos dengan menggunakan Bioaktivator.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN MEMBUATNYA MENJADI KOMPOS
1. Pengertian Sampah Organik
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah
tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa
dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang
kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa
bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet
sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan
baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah
yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang
lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti
daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis
yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus
seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif
seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani.
Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum
minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
2.
Jenis-Jenis Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan, Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
-
Sampah organik basah.
Istilah
sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang
cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
- Sampah organik
kering.
Sementara
bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang
kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu
atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos itu adalah :
1. sampah
sayur baru
2. sisa
sayur basi, tapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya
3. sisa
nasi
4. sisa
ikan, ayam, kulit telur
5. sampah
buah (anggur, kulit jeruk, apel dll).
Dalam keadaan terpotong2. tidak termasuk kulit buah yang keras seperti kulit salak.
Sampah organik yang tidak bisa diolah :
·
protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak,
santan, susu (karena mengundang lalat sehingga tumbuh belatung )
·
biji2 yang utuh atau keras seperti biji salak,
asam, lengkeng, alpukat dan sejenisnya.
·
Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan
berair seperti pepaya, melon, jeruk, anggur.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang
diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu
penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih
gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik.
Pengomposan merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah padat
organik (organik solid waste) yang dapat diterapkan di Indone‐sia, mengingat bahan baku
terutama sampah perkotaan (municipal waste) tersedia berlimpah, dan teknologi
tepat guna untuk proses pengomposan pun telah cukup dikuasai. Dari sisi
kepentingan lingkungan, pengomposan dapat mengurangi volume sampah perkotaan
yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), karena sebagian di antaranya
khususnya sampah padat organik dimanfaatkan‐ulang
dan diolah menjadi kompos.Dari sisi ekonomi, pengomposan sampah padat organik
mengan‐dung arti, bahwa
barang yang semula tidak memiliki nilai ekonomis dan bahkan memerlukan biaya
yang cukup mahal untuk menangani‐nya
serta akhir‐akhir ini
sering menimbulkan masalah sosial, ternyata dapat diubah menjadi produk yang
bermanfaat dan bernilai ekonomis cukup menjanjikan.
3. Kelebihan Mengolah Sampah Organik
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan
sampah rumah tangga.
1.
Mampu
menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
2.
Mengurangi
tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
3.
Membantu
pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
4.
Menghemat
biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
5.
Mengurangi
kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
6.
Menyelamatkan
lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah
longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.
4. Kekurangan Mengolah Sampah
Organik
Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan
sebagai penyubur tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara
relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala
besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian
diperlukan pupuk buatan.
B.
SEPUTAR KOMPOS
1. Pemahaman Tentang Kompos
Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan
hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang
ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang
dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N
jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya
jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap
selama proses perombakan berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi
menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara
ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara
konvensional.
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia
agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia
disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik disini merupakan
bahan untuk baku kompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran
hewan/ ternak dan sebagainya.
Cara pembuatan kompos bermacam‐macam
tergantung: keadaan tempat pembuatan, buaday orang, mutu yang diinginkan,
jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia dan selera si pembuat.
Yang perlu diperhatikan dalam proses pengomposan ialah:
a. Kelembaban
timbunan bahan kompos. Kegiatan dan kehidupan mikrobia sangat dipengaruhi oleh
kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering maupun basah atau tergenang.
b. Aerasi
timbunan. Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu anaerob
mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati atau
terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk ke
dalam timbunan bahan yang dikomposkan umumnya menyebabkan hilangnya nitrogen
relatif banyak karena menguap berupa NH3.
c. Temperatur
harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60 0C). Selama pengomposan selalu
timbul panas sehingga bahan organik yang dikomposkan temparaturnya naik; bahkan
sering temperatur mencapai 60 0C. Pada temperatur tersebut mikrobia mati atau
sedikit sekali yang hidup. Untuk menurunkan temperatur umumnya dilakukan
pembalikan timbunan bakal kompos.
d. Suasana.
Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam‐asam
organik, sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak
netralisasi kemasaman.
e. Netralisasi
kemasaman sering dilakukan dengan menambah bahan pengapuran misalnya kapur,
dolomit atau abu. Pemberian abu tidak hanya menetralisasi tetapi juga menambah
hara Ca, K dan Mg dalam kompos yang dibuat.
f. Kadang‐kadang untuk mempercepat dan
meningkatkan kualitas kompos, timbunan diberi pupuk yang mengandung hara
terutama P. Perkembangan mikrobia yang cepat memerlukan hara lain termasuk P.
Sebetulnya P disediakan untuk mikrobia sehingga perkembangannya dan kegiatannya
menjadi lebih cepat. Pemberian hara ini juga meningkatkan kualitas kompos yang
dihasilkan karena kadar P dalam kompos lebih tinggi dari biasa, karena residu P
sukar tercuci dan tidak menguap.
2. Manfaat Kompos
Pada dasarnya kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fiisik tanah
yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman hortikultura
(buah‐buahan, tanaman
hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable ini hampir tidak
mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di bidang perkebunan, penggunaan
kompos terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman. Di bidang kehutanan,
tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos. Sementara itu, pada perikanan,
umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada tambak, umur pemeliharaan 7 bulan
menjadi 5‐6 bulan.
Kompos membuat rasa buah‐buahan
dan sayuran lebih enak, lebih harum dan lebih masif. Hal inilah yang mendorong
perkembangan tanaman organik, selain lebih sehat dan aman karena tidak
menggunakan pestisida dan pupuk kimia rasanya lebih baik, lebih getas, dan
harum. Penggunaan kompos sebagai pupuk organik saja akan menghasilkan
produktivitas yang terbatas. Penggunaan pupuk buatan saja (urea, SP, MOP, NPK)
juga akan memberikan produktivitas yang terbatas. Namun, jika keduanya
digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi positif. Produktivitas jauh
lebih tinggi dari pada penggunaan jenis pupuk tersebut secara masing‐masing.
Selain itu, air lindi yang dianggap mencemarkan sumur di lingkungan TPA
dapat dijadikan pupuk cair atau diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke
saluran umum. Keuntungan lainnya dengan dihilangkannya TPA (tempat pembuangan
akhir) dan diganti dengan TPK (tempat pengolahan kompos) alias pabrik kompos,
lahan untuk sampah ini tidak berpindah‐pindah,
cukup satu tempat untuk kegiatan yang berkesinambungan. Bagaimana Kompos
Terjadi?
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini
memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok
kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi.
Apabila sampah organik ditimbun saja, baru berbulan‐bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses
pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba
mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk
pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45‐65C.Jika
terlalu panas harus dibolak‐balik,
setidak‐tidaknya setiap 7hari.
3. Spesifikasi Kompos
a.
Kandungan Hara
Kompos yang baik mengandung unsur hara makro Nitrogen > 1,5 % , P2O5
(Phosphat) > 1 % dan K20 (Kalium ) > 1,5 %, disamping unsur mikro
lainnya. C/N ratio antara 15‐20 , diatas atau dibawah itu
kurang baik. Untuk kepentingan bisnis, pupuk kompos yang dihasilkan harus
mempunyai kualitas yang ajek dan supply yang berkesinambungan.
Pupuk kompos untuk tanaman organik, jika unsur haranya kurang dapat
ditambah dengan bahan organik lainnya. Nitrogen dapat ditambahkan urine ternak,
mikroba pengikat Nitrogen, pupuk organik yang berasal dari hewani seperti ikan,
darah, dll. Phosphat dapat ditambahkan dari pupuk guano atau rock phosphat,
dapat juga dicampurkan dengan mikroba pelepas phosphat. Kalium dapat ditambahkan
dari arang/abu batok kelapa/kelapa sawit, abu bekas incenerator, dll.
Pupuk kompos yang tidak diperuntukkan bagi tanaman organik, selain dari
campuran di atas dapat pula diberikan campuran dengan pupuk buatan. Jadi, pupuk
seperti ini hanya dipergunakan untuk tanaman nonorganik. Karena bahan baku
sampah tidak tetap, diperlukan campuran dengan bahan lain agar kualitasnya
terjaga. Quality control harus diterapkan di sini, sehingga orang yang membeli
benar‐benar puas.
b.
Jenis kompos
Produksi kompos dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok :
1. Kompos
murni. Pupuk ini ditujukan untuk lahan tanaman organik, namun juga dapat
digunakan untuk lahan pertanian nonorganik.
2. Kompos
plus mikroba (pengikat N dan pelepas P). Pupuk yang telah diperkaya ini juga
diperuntukkan untuk lahan pertanian organik, namun juga dapat digunakan untuk
lahan pertanian nonorganik (biasa).
3. Kompos
plus pupuk buatan. Pupuk ini hanya dapat digunakan untuk lahan pertanian non
organik.
Kompos apabila
dilihat dari proses pembuatannya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Kompos
Yang Diproses Secara Alami
Yang dimaksud dengan pembuatan kompos secara alami adalah pembuatan
kompos yang dalam proses pembuatannya berjalan dengan sendirinya, dengan
sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya membantu mengumpulkan
bahan, menyusun bahan, untuk selanjutnya proses composting / pengomposan
berjalan dengan sendirinya. Kompos yang dibuat secara alami memerlukan waktu
pembuatan yang lama, yaitu mencapai waktu 3 – 4 bulan bahkan ada yang mencapai
6 bulan dan lebih.
2. Kompos
Yang Dibuat Dengan Campur Tangan Manusia
Yang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan manusia adalah
pembuatan kompos yang sejak dari penyiapan bahan (pengadaan bahan dan pemilihan
bahan), perlakuan terhadap bahan, pencampuran bahan, pengaturan temperatur,
pengaturan kelembaban dan pengaturan konsentrasi oksigen, semua dilakukan
dibawah pengawasan manusia.
Proses pembuatan kompos yang dibuat dengan campur tangan manusia biasanya
dibantu dengan penambahan bio‐aktivator pengurai bahan baku
kompos. Aktivator pembuatan kompos terdapat bermacam‐macam
merk dan produk, tetapi yang paling penting dalam menentukan aktivator ini adalah
bukan merk aktivatornya, akan tetapi apa yang terkandung didalam aktivator
tersebut, berapa lama aktivator tersebut telah diuji cobakan, apakah ada
pengaruh dari unsur aktivator tersebut terhadap manusia, terhadap ternak,
terhadap tumbuh‐tumbuhan maupun pengaruh terhadap organisme yang ada
di dalam tanah atau dengan kata lain pengaruh terhadap lingkungan hidup
disamping itu juga harus dilihat hasil kompos seperti apa yang diperoleh.
Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat
seperti sudah disinggung diatas adalah untuk mendapatkan hasil akhir kompos
jadi yang memiliki standar kualitas tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai
C/N ratio antara 10 – 12. Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan campur
tangan manusia dan menggunakan bahan aktivator adalah proses pembuatan kompos
dapat dipercepat menjadi 2 – 4 minggu.
C.
METODE PEMBUATAN
KOMPOS
1. Sistim Windrow
Windrow sistim adalah proses pembuatan kompos yang paling sederhana dan
paling murah. Bahan baku kompos ditumpuk memanjang , tinggi tumpukan 0.6 sampai
1 meter, lebar 2‐5 meter. Sementara itu panjangnya dapat mencapai 40
– 50 meter. Sistim ini memanfaatkan sirkulasi udara secara alami. Optimalisasi
lebar, tinggi dan panjang nya tumpukan sangat dipengaruhi oleh keadaan bahan
baku, kelembaban, ruang pori, dan sirkulasi udara untuk mencapai bagian tengah
tumpukan bahan baku. Idealnya adalah pada tumpukan bahan baku ini harus dapat
melepaskan panas, untuk mengimbangi pengeluaran panas yang ditimbulkan sebagai
hasil proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Windrow sistim ini
merupakan sistim proses komposting yang baik yang telah berhasil dilakukan di
banyak tempat untuk memproses pupuk kandang, sampah kebun, lumpur selokan,
sampah kota dll. Untuk mengatur temperatur, kelembaban dan oksigen, pada
windrow sistim ini, maka dilakukan proses pembalikan secara periodik Inilah
secara prinsip yang membedakannya dari sistim pembuatan kompos yang lain.
Kelemahan dari sistim Windrow ini adalah memerlukan areal lahan yang cukup
luas.
2. Sistim Aerated Static Pile
Sistim pembuatan kompos lainnya yang lebih maju adalah Aerated Static
Pile. Secara prinsip proses komposting ini hampir sama, dengan windrow sistim,
tetapi dalam sistim ini dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkan udara.
Udara ditekan memakai blower. Karena ada sirkulasi udara, maka tumpukan bahan
baku yang sedang diproses dapat lebih tinggi dari 1 meter. Proses itu sendiri
diatur dengan pengaliran oksigen. Apabila temperatur terlalu tinggi, aliran
oksigen dihentikan, sementara apabila temperatur turun aliran oksigen ditambah.
Karena tidak ada proses pembalikan, maka bahan baku kompos harus dibuat
sedemikian rupa homogen sejak awal. Dalam pencampuran harus terdapat rongga
udara yang cukup. Bahan‐bahan baku yang terlalu besar
dan panjang harus dipotong‐potong mencapai ukuran 4 – 10
cm.
3. Sistim In Vessel
Sistim yang ke tiga adalah sistim In Vessel Composting. Dalam sistim ini
dapat mempergunakan kontainer berupa apa saja, dapat silo atau parit memanjang.
Karena sistim ini dibatasi oleh struktur kontainer, sistim ini baik digunakan
untuk mengurangi pengaruh bau yang tidak sedap seperti bau sampah kota. Sistim
in vessel juga mempergunakan pengaturan udara sama seperti sistim Aerated
Static Pile. Sistim ini memiliki pintu pemasukan bahan kompos dan pintu
pengeluaran kompos jadi yang berbeda.
D.
STANDARISASI PEMBUATAN
KOMPOS
Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses
pengolahan, sedangkan proses pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh
kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku, maka untuk menentukan
standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses pembuatan kompos
serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh kompos yang memiliki
standar tertentu. Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi
yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan
baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama
proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap:
1. Pengamatan Temperatur
Temperatur adalah salah satu indikator kunci di dalam pembuatan kompos.
a. Apakah
panasnya naik ?
b. Sampai
temperatur berapa panas yang dapat dicapai ?
c. Dalam
berapa lama panas tersebut dapat dicapai ?
d. Berapa
lama panas tersebut dapat berlangsung ?
e. Apa
arti dari keadaan‐keadaan tersebut ?
f. Campuran
bahan‐bahan seperti apa yang dapat mempengaruhi profil temperatur ?
Panas ditimbulkan sebagai suatu hasil sampingan proses yang dilakukan
oleh mikroba untuk mengurai bahan organik. Temperatur ini dapat digunakan untuk
mengukur seberapa baik sistim pengomposan ini bekerja, disamping itu juga dapat
diketahui sejauh mana dekomposisi telah berjalan. Sebagai ilustrasi, jika
kompos naik sampai temperatur 40°C – 50°C, maka dapat disimpulkan bahwa
campuran bahan baku kompos cukup mengandung bahan Nitrogen dan Carbon dan cukup
mengandung air (kelembabannya cukup) untuk menunjang pertumbuhan
microorganisme. Pengamatan temperatur harus dilakukan dengan menggunakan alat
uji temperatur yang dapat mencapai jauh ke dalam tumpukan kompos. Tunggu sampai
beberapa saat sampai temperatur stabil. Kemudian lakukan lagi di tempat yang
berbeda. Lakukanlah pengamatan tersebut di beberapa lokasi, termasuk pada
berbagai kedalaman dari tumpukkan kompos. Kompos dapat memiliki kantong‐kantong
yang lebih panas dan ada kantong‐kantong yang dingin. Semuanya sangat
bergantung kepada kandungan uap air (kelembaban) dan komposisi kimia bahan baku
kompos. Maka akan diperoleh peta gradient temperatur. Dengan menggambarkan grafik
temperatur dan lokasi‐lokasinya sejalan dengan bertambahnya waktu, maka dapat
dijelaskan:
·
Sudah berapa jauh proses dekomposisi berjalan
·
Seberapa baik komposisi campuran bahan baku
tersebut
·
Seberapa rata campuran tersebut dan dibagian
mana campuran tidak rata
·
Dibagian mana sirkulasi udara berjalan normal
dan dibagian mana kurang normal.
Dari informasi diatas, maka dapat diambil keputusan langkah‐langkah apa
yang harus dilakukan untuk mencapai hasil akhir dan memperoleh kompos dengan
kualitas yang diinginkan. Pada proses komposting yang baik, maka temperatur
40°C – 50 0C dapat dicapai dalam 2 – 3 hari. Kemudian dalam beberapa hari
berikutnya temperatur akan meningkat sampai bahan baku yang didekomposisi oleh
mikroorganisme habis. Dari situ barulah temperatur akan turun.
Dari beberapa kali proses pembuatan kompos dengan sistim Windrow, dengan
memakai campuran bahan baku kompos terdiri dari kotoran sapi, kotoran ayam,
kotoran kambing, dedak dan jerami, perubahan temperatur mencapai 40°C – 50 °C
dapat dicapai dalam waktu 3 (tiga) hari. Oleh karena itu pembalikan kompos
dilakukan pada hari ke 4 (empat). Setelah pembalikan pertama temperatur akan
turun, lalu naik lagi sampai mencapai 55°C – 60°C pada hari ke 6. Oleh karena
itu dilakukan lagi pembalikan ke dua pada hari ke 6 (enam) atau 3 hari setelah
pembalikan pertama, setelah pembalikkan temperatur akan turun dan naik lagi
sampai 55°C – 60°C pada hari ke 9 (sembilan). Pada hari ke 9 (sembilan) ini
atau 3 hari setalah pembalikkan ke dua dilakukan lagi pembalikan ke 3 (tiga).
Apabila komposisi campuran bahan baku tepat, temperatur akan stabil sampai hari
ke 12 (dua belas) dan seterusnya, untuk kemudian turun dan stabil pada
temperatur tertentu. Pada hari ke 14 tumpukan kompos dapat mulai dibuka untuk
didinginkan dan kemudian selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengepakan.
2. Pengamatan Kelembaban
Pembuatan kompos akan berlangsung dengan baik pada satu keadaan campuran
bahan baku kompos yang memiliki kadar uap air antara 40 – 60 persen dari
beratnya. Pada keadaan level uap air yang lebih rendah, aktivitas
mikroorganisme akan terhambat atau berhenti sama sekali. Pada keadaan level
kelembaban yang lebih tinggi, maka prosesnya kemungkinan akan anerobik, yang
akan menyebabkan timbulnya bau busuk.
Ketika bahan baku kompos dipilih untuk kemudian dicampur, kadar uap air
dapat diukur atau diperkirakan. Setelah proses pembuatan kompos berlangsung,
pengukuran kelembaban tidak perlu diulangi, tetapi dapat langsung diamati
tingkat kecukupan kandungan uap air tersebut. Apabila proses pembuatan kompos
sedang berjalan, lalu kemudian muncul bau busuk, sudah dapat dipastikan kompos
mengandung kadar air berlebihan. Kelebihan uap air ini telah mengisi ruang
pori, sehingga menghalangi diffusi oksigen melalui bahan‐bahan kompos tersebut.
Inilah yang membuat keadaan menjadi anaerobik.
Apabila melakukan pembuatan kompos dengan memakai sistim aerated static
pile ataupun sistim in Vessel, berhati‐hatilah dalam menambahkan udara
(oksigen), jangan sampai menyebabkan kompos menjadi kering . Indikasinya adalah
perhatikan temperatur, jika temperatur menurun lebih cepat dari biasanya, maka
ada kemungkinan kompos terlalu kering.
3. Pengamatan Odor / Aroma
Jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal, maka tidak boleh
menghasilkan bau yang menyengat (bau busuk). Walaupun demikian dalam pembuatan
kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau. Dengan memanfaatkan
indra penciuman, dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi permasalahan
yang terjadi selama proses pembuatan kompos. Sebagai gambaran, jika tercium bau
amonia, patut diduga campuran bahan kompos kelebihan bahan yang mengandung
unsur Nitrogen (ratio C/N terlalu rendah). Untuk mengatasinya tambahkanlah
bahan‐bahan yang mengandung C/N tinggi, misalnya berupa:
·
Potongan jerami, atau
·
Potongan kayu, atau
·
Serbuk gergaji, atau
·
Potongan kertas koran dan atau karton dll
Jika tercium bau busuk, mungkin campuran kompos terlalu banyak mengandung
air. Apabila ini terjadi, lakukanlah pembalikan (pada sistim windrow),
tambahkan oksigen pada sistim Aerated Static Pile atau In Vessel.
4. Pengamatan Ph
Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator proses dekomposisi
kompos. Mikroba kompos akan bekerja pada keadaan pH netral sampai sedikit
masam, dengan kisaran pH antara 5.5 sampai 8. Selama tahap awal proses
dekomposisi, akan terbentuk asam‐asam organik. Kondisi asam ini akan mendorong
pertumbuhan jamur dan akan mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan
kompos. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asam‐asam organik tersebut
akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 –
8. Jika kondisi anaerobik berkembang selama proses pembuatan kompos, asam‐asam
organik akan menumpuk. Pemberian udara atau pembalikan kompos akan mengurangi
kemasaman ini. Penambahan kapur dalam proses pembuatan kompos tidak dianjurkan.
Pemberian kapur (Kalsium Karbonat, CaCo3) akan menyebabkan terjadinya
kehilangan nitrogen yang berubah menjadi gas Amoniak. Kehilangan ini tidak saja
menyebabkan terjadinya bau, tetapi juga menimbulkan kerugian karena menyebabkan
terjadinya kehilangan unsur hara yang penting, yaitu nitrogen. Nitrogen sudah
barang tentu lebih baik disimpan dalam kompos untuk kemudian nanti digunakan
oleh tanaman untuk pertumbuhannya.
E.
CIRI‐CIRI KOMPOS JADI
Setelah semua proses pembuatan kompos dilakukan, mulai dari pemilihan
bahan, pengadaan bahan, perlakuan bahan, penyusunan bahan, pencampuran bahan,
pengamatan proses, pembalikan kompos sampai dengan jadi kompos. Selanjutnya
adalah pengetesan sederhana terhadap kompos.
Ciri‐ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:
1) Warna,
warna kompos biasanya coklat kehitaman
2) Aroma,
kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan
aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan
3) Apabila
dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak,
gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.
F.
PENYIMPANAN KOMPOS
Kompos apabila sudah jadi, sebaiknya disimpan sampai 1 atau 2 bulan untuk
mengurangi unsur beracun, walaupun penyimpanan ini akan menyebabkan terjadinya
sedikit kehilangan unsur yang diperlukan seperti Nitrogen. Tetapi secara umum
kompos yang disimpan dahulu lebih baik. Penyimpanan kompos harus dilakukan
dengan hati‐hati, terutama yang harus dijaga adalah:
1) Jaga
kelembabannya jangan sampai < 20 persen dari bobotnya
2) Jaga
jangan sampai kena sinar matahari lansung (ditutup)
3) Jaga
jangan sampai kena air / hujan secara langsung (ditutup)
Apabila akan dikemas, pilih bahan kemasan yang kedap udara dan tidak
mudah rusak. Bahan kemasan tidak tembus cahaya matahari lebih baik. Kompos
merupakan bahan yang apabila berubah, tidak dapat kembali ke keadaan semula
(Ireversible). Apabila kompos mengering, unsur hara yang terkandung didalamnya
akan ikut hilang bersama dengan air dan apabila kompos ditambahkan air kembali
maka unsur hara yang hilang tadi tidak dapat kembali lagi. Demikian juga dengan
pengaruh air hujan. Apabila kompos kehujanan, unsur hara akan larut dan terbawa
air hujan. Kemasan kompos sebaiknya bahan yang kedap adalah untuk menghindarkan
kehilangan kandungan air. Kemasan yang baik membuat Kompos mampu bertahan
sampai lebih dari 3 tahun.
G.
KEUNGGULAN DAN
KEKURANGAN KOMPOS
Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki
kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimi (anorganik).
1. Kekurangan
Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang
diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik. Karena
jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk
pengangkutan dan implementasinya.
Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah‐tanah yang sudah miskin unsur
hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi
beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap
pemberian pupuk organik tidak se‐spektakuler pemberian pupuk buatan.
2. Keunggulan
Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro
maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan
(anorganik). Pupuk organik mengandung asam ‐ asam organik, antara lain asam
humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan
yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan
mikroorganisme.Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang
mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan
terutama sifat biologis tanah.
1. Memperbaiki
dan menjaga struktur tanah.
2. Menjadi
penyangga pH tanah.
3. Menjadi
penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
4. Membantu
menjaga kelembaban tanah
5. Aman
dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun
6. Tidak
merusak lingkungan.
STANDAR KUALITAS KOMPOS MENURUT BANK DUNIA
(PERSYARATAN
MINIMUM BAGI PROGRAM SUBSIDI KOMPOS) PARAMETER KUALITAS
|
SATUAN
|
STANDAR
KUALITAS
|
||
1
|
KUALITAS UMUM
|
|||
a.
|
Kadar Air
|
%
|
<
45
|
|
b.
|
C/N Ratio
|
Dimensionless
|
<
20
|
|
2
|
KADAR LOGAM
BERAT
|
|||
a.
|
Cr (Khrom)
|
mg/kg
berat kering
|
<
45
|
|
b.
|
Cu (Tembaga)
|
mg/kg
berat kering
|
<
150
|
|
c.
|
Pb (Timbal)
|
mg/kg
berat kering
|
<
150
|
|
d.
|
Zn (Seng)
|
mg/kg
berat kering
|
<
400
|
|
H.
TEKNIK PEMBUATAN
KOMPOS
1. Pembuatan Kompos Rumah Tangga I
Prinsip pengomposan Sampah rumah tangga mengandung bahan organik + 75%.
Proses pengomposanmenyesuaikan diri dengan tersedianya bahan baku, yang tidak
sekaligus terkumpul dalam jumlah besar, melainkan sedikit demi sedikit setiap
hari. Kondisi ini seperti terjadi di alam di lantai hutan, dimana sisa‐sisa
organik jatuh keatas tanah selapis demi selapis sampai menjadi tebal. Proses
perombakan‐fermentasi organisme tanah terjadi dari bawah merambat ke atas
mengejar bahan baku yang baru jatuh, diikuti terbentuknya humus dari bawah ke
atas pula. Kecepatan pengomposansangat tergantung a.1. pada komposisi bahan
baku, perbandingan kadar C (bahan berserat tinggi)dengan kadar N (jenis
kacangan, pupuk kandang, dsb.). Untuk bahan baku kompos yang
optimalperbandingan C/N = + 30, hasil akhir humus atau kompos yang matang C/N =
12‐15
Cara dan Alat Membuat kompos yang sebenarnya mudah dan sederhana, tetapi
karena lokasinya dipekarangan rumah harus bebas dari polusi bau, lalat,
binatang berbahaya dan bebas dari gangguanayam, anjing, kucing, dsb. Apalagi
sisa‐sisa organik tidak terkumpul sekaligus tetapi berangsur setiap haridari
buangan dapur dan kotoran pekarangan.
Untuk pembuatan
kompos di pekarangan rumah, dibutuhkan dua macam wadah :
·
Wadah besar, penampung bahan baku dan tempat
terjadinya proses pengomposan, yangdisebut "Komposter" dan ditaruh di
pekarangan di tempat teduh.
·
Wadah kecil berupa ember plastik kecil bertutup,
tempat penampungan sementara sisa organik dapur.
Alat Komposter paling praktis dan aman adalah alat yang direkomendasikan
STU Campbell (buku "let ItRot", Storey Books, Vermont 1998) untuk
dipakai di pekarangan rumah. Komposter ini dibuat dari drum bekas 200 liter,
dinding atas dibuang, dan dinding dasar pada tengahnya dilobangi untuk dapat
dimasukipipa PVC 3‐4 inci, yang juga berfungsi drainase.
Pada pipa PVC berjarak 5 cm dibuat lobang (bor) sepanjang empat sisinya.
Drum dipasang berdiri, diberiganjal 2‐3 lapis batu bata. Pipa PVC dimasukkan ke
lobang dasar, sampai ujung bawah menyentuh tanahdan ujung atas menonjol keatas
drum + 10 cm, menembus tengah‐tengah tutup tambahan (bisa dibuat dari
tripleks). Ember Kecil Ember plastik 5 l ‐ 10 l yang ada tutupnya, disediakan
khusus untuk penampungan sementara (1‐2 hari) sisa organik dapur dan selalu
ditaruh di dapur dalam keadaantertutup.
Cara Kerja Komposter (drum) ditaruh di pekarangan di tempat teduh.
Sebaiknya dibuatkan tutup atasdari tripleks yang tengahnya berlobang tempat
munculnya pipa PVC. Setiap kali pembersihan halaman,kotoran berupa rontokan
daun, potongan pagar rumput, dll dimasukkan ke dalam komposter,
diratakan,sedikit dipadatkan dan diatasnya ditaburi selapis kotoran ternak
lama, kompos baru atau setengah matang, tanah subur hitam, dsb. Untuk
mempercepat dapat menggunakan bio activator (MiG Decomposer) sebagai
mikroorganisme starternya. Kalau terlalu kering diberi air agar lembab dan
ditutup untuk mencegah dari hujan berlebihan, terikmatahari dan pencemaran
lalat. Untuk memudahkan didekat komposter disediakan wadah berisi starter
(kotoran ternak, dll) yang selalu ditutup. Setiap satu atau dua hari sekali,
kotoran dapur dalam emberkecil yang sudah penuh, juga dimasukkan, diratakan dan
dilapisi starter.
Demikian pengisian dilakukan setiap kali terkumpul sisa organik atau
kotoran dapur baru, sampai komposter penuh, yang memakan waktu 1 bulan ‐ 2
bulan untuk keluarga sedang. Setelah penuh, ditutup dan dibiarkan tidak
dibalik‐balik selama + 1 bulan yang diperkirakan pengomposan sudah
selesaimenjadi matang berupa kompos berwarna hitam, remah dan berbau segar.
Komposter dikosongkan,isinya diangin‐anginkan, langsung dapat dipergunakan
sendiri atau disaring (saringan kawat kasa)dibungkus dan dijual.
Proses pengomposan terjadi sejak awal bahan organik dimasukkan, dan
merambat keatas mengikuti bahan organik baru. Disini akan terjadi proses
fermentasi panas oleh bakteri termofilik, karena suhudapat meningkat didalam
komposter tertutup, yang juga berguna membunuh bibit hama penyakit dan gulma. Komposter I yang sudah
penuh dan sedang dalam proses pemasakkan, digantikan komposter IIyang sudah
disiapkan dan nanti setelah komposter I selesai dokosongkan, disiapkan untuk
menggantikankomposter II bila sudah penuh, dst.
Sisa organik dapur terdiri dari potongan / kulit sayuran, kulit buah
lunak, daun pembungkus, kertas, sisa lauk-pauk, dipisahkan dari sisa / sampah
non organik. Sisa dapur tersebut dimasukkan kedalam emberkecil dan yang non
organik ditampung dalam wadah lain untuk dibuang di bak sampah.
Setiap kali memasukkan sisa organik dapur yang mudah busuk (sisa lauk-pauk),
diatasnya langsung ditaburi selapis serbuk gergaji halus rapat-rapat. Maka di
dapur selalu disediakan serbuk gergaji halusdalam wadah khusus. Ember kecil
harus selalu ditutup rapat dan biasanya dalam 1-2 hari sudah penuh, lalu
langsung dibawa ke kebun dimasukkan ke dalam komposter, dan ditaburi selapis
starter diatasnya.Agar ember plastik tidak kotor, sebaiknya dilapisi kantong
plastik sehingga sisa organik dapur yangmudah busuk dapat ditampung dengan aman
dan rapat.
Apabila dapat terwujud setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang
sampah organik pekarangan, dan dapurnya menjadi kompos, maka sampah rumah
tangga yang dibuang tinggal sedikit dan tidak menimbulkan polusi lingkungan.
Sampah yang dibuang tinggal berupa limbah non organik seperti barang-barang
bekas plastik, kaleng, besi, dll dan sedikit limbah organik keras seperti
barang-barang bekas dari kayu, bambu, kardus, kulit buah keras dan kebanyakan
barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan lewat para pemulung.
Dengan cara ini hampir semua bahan organik dapat didaur ulang sehingga
masalah sampah kota dapat diatasi secara sehat dan mendukung keselamatan bumi.
Tinggal satu hal, dimana manusia belumberhasil menyambung siklus daur ulang
yang terputus, yaitu masalah kotoran (taeces) dan urine manusia karena masih
terbentur pada masalah budaya.
2. Pembuatan kompos rumah tangga II
Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur
disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organik dan sampah
non organik. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di
bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk
menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman
bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan
air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus
di bawah atap.
Cara Pengomposan :
·
Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah
coklat.
·
Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan
tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba
aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak
( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
·
Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi
selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
·
Pengomposan selesai jika campuran menjadi
kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke‐1 dan ke‐2 mikroba mulai
bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu
ke‐5 dan ke‐6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
·
Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang
kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai
activator.
·
Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana
kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat
memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup
(bahan organik), kelembaban (30‐50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat
bernapas.
·
Sampah organik sebaiknya dicacah menjadi
potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio‐activator
berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko
pertanian.
I.
PENGOMPOSAN SKALA
RUMAH TANGGA
PENGOMPOSAN adalah proses penguraian materi organik oleh mikroorganisme
secara aerobic dalam kondisi yang terkendali menjadi produk stabil seperti
humus. Rata-rata produksi sampah rumah tangga di Indonesia 2,6 liter per orang/
hari atau rata-rata 15 liter/keluarga per hari. Sekitar 50 – 80 % ( 7,5 – 12,5
liter ) merupakan sampah organik, yang dapat diolah menjadi kompos. Manfaat
yang diperoleh dari segi teknologi yaitu: Penerapan teknik penanggulangan
sampah yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan teknik yang lain seperti
landfill & pembakaran; mudah dipelajari dan diterapkan; dan membutuhkan
modal yang relatif sedikit. Dari segi ekonomi: menghemat biaya pengelolaan
sampah dan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik sendiri. Dari segi ekologi:
mngurangi pencemaran akibat sampah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih
dan sehat; mendukung upaya pelestarian sumber daya alam; dan mengurangi
pemakaian pestisida & herbisida. Sedangkan dari segi sosial: menciptakan
kesempatan kerja dengan pendapatan yang layak dan menciptakan image
positif/meningkatkan citra "kepedulian terhadap lingkungan. Berikut ini
beberapa contoh model komposter skala rumah tangga: dapat memenuhi kebutuhan
pupuk organik sendiri. Dari segi ekologi: mngurangi pencemaran akibat sampah
dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat; mendukung upaya
pelestarian sumber daya alam; dan mengurangi pemakaian pestisida &
herbisida. Sedangkan dari segi sosial: menciptakan kesempatan kerja dengan
pendapatan yang layak dan menciptakan image positif/meningkatkan citra
"kepedulian terhadap lingkungan. Berikut ini beberapa contoh model
komposter skala rumah tangga: Kapasitas Kapasitas komposter = 80 ltr.
Untuk pengisian penuh komposter dibutuhkan waktu pengumpulan sampah
organik selama 7 – 8 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pembuatan kompos
adalah 7 hari. Dengan demikian, agar kegiatan pengomposan di rumah tangga dapat
dilakukan secara berkesinambungan, maka diperlukan tong penampungan sampah
organik sementara dengan kapasitas 80 ltr atau dibutuhkan 2 unit
komposter/keluarga. Kapasitas produksi setiap periode proses pengomposan adalah
sekitar 60 kg kompos.
Dalam proses pembuatan kompos ada yang mempergunakan bahan aktivator
untuk mempercepat proses composting. Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang
dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil
metabolir yang diproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan
tersedia sebagai substrat untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang menguntungkan.
Secara global
terdapat 5 golongan yang pokok yaitu:
a. Bakteri
fotosintetik
Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa
nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolir yang diproduksi
dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk
perkembangbiakan mikroorganisme yang menguntungkan
b. Lactobacillus
sp.
Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguaraian gula dan
karbohidrat lain yang bekerjasama dengan bakteri fotosintesis dan ragi. Asam
laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat yang dapat menekan
mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.
c. Streptomycetes
sp.
Streptomycetes sp. mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun
terhadap hama dan penyakit yang merugikan.
d. Ragi
(yeast)
Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara
fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi berguna untuk
pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangan
atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan lain seperti Actinomycetes dan
bacteri asam laktat.
e. Actinomycetes
Actinomycetes merupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur yang
mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan
merubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen, menekan jamur dan
bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esential untuk
pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi
perkembangan mikroorganisme lain.
J.
BAHAN UTAMA DARI
JERAMI
1. TEKNOLOGI PEMBUATAN KOMPOS JERAMI (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sumatera Barat)
Akibat penghapusan subsidi pupuk buatan oleh pemerintah menyebabkan harga
di pasaran bertambah menjadi hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari harga
semula. Hal ini menyebabkan penggunaan pupuk buatan secara nasional mengalami
penurunan, khususnya bagi petani yang kurang mampu sehingga akan berdampak
negative terhadap peningkatan produksi. Beranjak dari permasalah tersebut,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat telah menemukan dan
mengembangkan teknologi “Pembuatan kompos jerami sebagai pupuk alternatif
menggunakan Trichoderma harzianum”.
a) Cara
Pembuatan
Bahan :
·
Jerami segar 1 m3 (100 kg)
·
Urea 2 kg
·
SP36 3 kg
·
Kapur 1 kg
·
Pupuk kandang 25 kg
·
Starter Trichoderma 3 kg
·
Plastik hitam 5 m
b) Langkah
Pembuatan
a) Terlebih
dahulu jerami segar direndam selama satu malam (agar jerami tetap lembab).
Dalam proses pengomposan, air sangat diperlukan. Kekurangan air menyebabkan
timbulnya banyak cendawan sehingga proses pengomposan tidak sempurna. Awal
pengomposan diperlukan air cukup banyak untuk mengimbangi penguapan dan
mengaktifkan jasad renik.
b) Bahan
aktifator (Urea, SP36, kapur, pupuk kandang, starter Trichoderma harzianum)
diaduk merata dan dibagi atas 4 bagian.
c) Jerami
ditumpuk setinggi 1x1x1 m lalu dibagi atas 4 bagian, masing‐masing setinggi +
25 cm.
d) Di
atas tumpukan jerami, ditabur bahan aktifator secara merata sebanyak ¼ bagian,
dan diperciki air untuk emnjaga kelembabannya. Gabung tumpukan jerami menjadi 1
tumpukan sehingga volume tumpukan 1x1x1 m.
e) Tutup
tumpukan dengan plastik hitam anti air agar terlindung dari hujan dan panas
matahari.
f) Lakukan
pembalikan tumpukan jerami setiap 1 minggu dengan cara memindahkan tumpukan
paling atas ke paling bawah dan seterusnya. Perlu dijaga, kelembaban tumpukan
harus stabil (kelembaban 60‐80%) selama proses pengomposan dengan cara menyiram
dan memerciki air.
g) Panen
kompos jerami dapat dilakukan bila jerami telah matang dengan kriteria: suhu
dingin, struktur lunak/hancur, warna coklat gelap sampai hiatm, tidak berbau,
hasilnya ½ sampai 1/3 bagian dari jumlah awal.
2. Teknik Pembuatan Kompos
Agar kompos yang jadi berkualitas baik, kita perlu memperhatikan jumlah
dan dosis tepat masing‐masing komponen penyusun komposisi. Bahan dan alat yang
harus disediakan dalam pembuatan kompos sebanyak 1m3 adalah:
1. Bahan:
Jerami, dedaunan, rerumputan, sisa tanaman, abu, sampah dapur atau sampah
kota yang telah dibersihkan dari bahan‐bahan anorganik seperti plastik, kaleng,
dan batu.
2. Tempat:
Sediakan tempat
yang teduh dan beratap juga berlantai kering dan keras
3. Cara
Pembuatan:
a) Pilih
lokasi di permukaan tanah (bukan di dalam lubang di tanah), misalnya di tepi
pematang sawah dan kebun.
b) Susun
media kompos (yakni hijauan atau jerami) setebal 25 cm sebagai lapisan pertama.
Taburkan 1/4 bagian campuran bahan baku ke atas tumpukan jerami tersebut.
Kemudian siram tumpukan jerami dengan air secukupnya.
c) Untuk
lapisan kedua, ketiga, dan keempat, susun lagi jerami setebal 25 cm kemudian
taburkan lagi bahan baku sebanyak 1/4 bagian ke atas tumpukan jerami dan
siramkan air ke tumpukan tersebut. Lakukan sehingga terbentuk 4 lapisan kompos.
d) Lalu
tutup dengan plastik dan beri penyangga dari bambu di sekelilingnya.
e) Aduk
setiap 7 hari sekali. Dalam tiga minggu atau setelah 3 kali pengadukan biasanya
kompos sudah masak. Kompos yang masak ditandai oleh warnanya yang coklat
kehitam‐hitaman, atau hitam bila terlalu panas.
f) Kandungan
unsur hara yang ada dalam kompos sangat tergantung pada komposisi bahan
asalnya, yakni Nitrogen (N) 0,19%‐ 0,5%, Fosfat (P2O5) 0,08% ‐ 0,27%, dan
Kalium (K2O) 0,45% ‐ 1,20%
3. Cara praktis pembuatan bokashi jerami ‐ pupuk kandang
Pembuatan kompos sebaiknya dikerjakan:
·
Dalam bangunan yang memiliki lantai rata, keras
dan bebas dari genangan air, serta adanya atap yang melindungi dari terik
matahari dan hujan,
·
dekat dengan sumber bahan organik: jerami, pupuk
kandang, sampah, sekam, dedak dll.
·
dekat dengan sumber air, dan
·
transportasi mudah. Alat yang diperlukan: Garuk
atau cangkul, Pemotong rumput atau sabit, Gembor, Ember, Cetakan kayu dan
Karung atau plastik.
1. Bahan
1. Jerami dicacah halus 3‐ 5 cm : 500 kg
2. Pupuk kandang : 500 kg
3. MIG DECOMPOSER : 1000 mL
4. Gula pasir : 250 g
2. Cara
pembuatan:
a. Larutan
MIG DECOMPOSER. Masukkan 20 mL MIG DECOMPOSER + 10 g gula pasir + air bersih
1.000 mL ke dalam jerigen tertutup rapat, digojok merata dan difermentasikan
selama 24 jam.
b. Jerami
+ pupuk kandang dicampur merata di atas lantai.
c. Tambahkan
larutan MIG DECOMPOSER ke kemudian diaduk merata sehingga kadar lengas dalam
adukan tersebut sekitar 30%. Ambil segenggam bakal kompos tersebut, jika
diperas air mulai menetes
d. Buat
gundukan setinggi 60 cm, tutupi dengan karung goni.
e. Setiap
2 hari gundukan tersebut diperiksa, jika temperatur > 50oC gundukan harus
dibongkar dan dianginkan. Setelah dingin buat gundukan kembali, tutup dengan
karung goni. Jika terlalu kering tambahkan larutan MIG DECOMPOSER.
f. Setelah
3 minggu gundukan dibongkar. Kompos diayak dengan saringan kasa 2 cm. Bahan
yang tidak lolos saring dikomposkan kembali.
4. Penggunaan bokashi
Takaran penggunaan secara umum 2 kg/m2. Begitu sampai di lahan kompos
harus segera dicampur merata dengan tanah. Kompos yang tidak segera digunakan
dapat disimpan. Kompos terlebih dahulu dikering anginkan, kemudian dimasukkan
dalam karung plastik yang kedap air dan berwarna gelap. Karung tersebut
disimpan ditempat yang kering, terlindung dari hujan dan cahaya matahari
langsung.
K.
PEMBUATAN
KOMPOS DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR (MIG DECOMPOSER)
MiG Decomposer merupakan kultur campuran dalam medium cair berwarna
coklat yang terdiri dari beberapa mikroorganisme yang menguntungkan bagi
kesuburan tanah. Adapun jenis mikroorganisme yang berada dalamnya antara lain :
Azotobacter sp., Azospirillum sp., Lactobacillus sp., Mikroba pelarut Phosphate
dan Mikroba Selulolitik serta Pseudomonas sp.. Selain memfermentasi bahan
organik dalam tanah atau sampah, peran MiG Decomposer juga merangsang
perkembangan mikroorganisme tanah setempat (indigenous) yang menguntungkan bagi
kesuburan tanah. Fungsi mikroorganisme tersebut antara lain : penambat
nitrogen, pelarut fosfat dan mikroba pendegradasi selulosa. Mikroorganisme
tersebut bersifat antagonis terhadap bakteri patogen yang menyebabkan penyakit
pada tanaman dari dalam tanah.
Fungsi MiG Decomposer dalam proses pengomposan, akan mempercepat proses
dekomposisi sampah dari bahan organik . Setiap bahan organik akan terfermentasi
oleh MiG Decomposer pada suhu 40 - 50oC. Pada proses fermentasi akan dilepaskan
hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino , dan senyawa
organik lainnya serta melarutkan unsur hara yang bersifat stabil dan tidak
mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh tanaman.
Proses pengomposan atau membuat kompos adalah proses biologis karena
selama proses tersebut berlangsung, sejumlah jasad hidup yang disebut mikroba,
seperti bakteri dan jamur, berperan aktif. Dijelaskan lebih lanjut agar peranan
mikroba di dalam pengolahan bahan baku menjadi kompos berjalan secara baik,
persyaratan-persyaratan berikut harus dipenuhi :
1.
Kadar air bahan baku : daun-daun yang masih
segar atau tidak kering, kadar airnya memenuhi syarat sebagai bahan baku.
Dengan begitu, daun yang sudah kering, yang kadar airnya juga akan berkurang,
tidak memenuhi syarat. Hal tersebut harus diperhatikan karena banyak
pengaruhnya terhadap kegiatan mikroba dalam mengolah bahan baku menjadi kompos.
Seandainya sudah kering, bahan baku tersebut harus diberi air secukupnya agar
menjadi lembab.
2.
Bandingan sumber C (Karbon) dengan N (zat lemas)
bahan : bandingan ini umumnya disebut rasio/bandingan C/N. dengan bandingan
tersebut proses pengomposan berjalan baik dengan menghasilkan kompos bernilai
baik pula, paling tinggi 30, yang artinya kandungan sumber C berbanding dengan
kandungan sumber = 30 : 1. Sebagai contoh, kalau menggunakan jerami sebagai
bahan baku kompos, nilai rasio C/N berkisar 15– 25, terlalu rendah, karena itu,
bahan baku tersebut harus dicampur dengan benar agar nilai rasio C/N‐nya
berkisar 30. Misalnya, lima bagian sampah yang terdiri atas daun ‐daunan dari
pekarangan dicampur dengan dua bagian kotoran kandang, akan mencapai nilai
rasio C/N mendekati 30, atau lima bagian sampah tersebut dicampur dengan lumpur
selokan sebanyak tiga bagian, juga akan mencapai rasio C/N sekitar 30.
Sementara itu, untuk jerami, lima bagian jerami harus ditambah dengan tiga
bagian kotoran kandang, atau kalau tidak ada dengan empat bagian Lumpur sedotan
sehingga nilai rasio C/N‐nya akan mendekati 30.
1. Tempat Pengomposan
Tempat pengomposan tergantung kondisi serta luas lahan (pekarangan rumah)
yang dapat disiapkan untuk pembuatan kompos. Dengan demikian, bentuk tempat
pengomposan dapat bermacam-macam, antara lain :
a. Berbentuk
lubang dengan ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 2,5 x 1 x 1 m (panjang, lebar, dan
tinggi), bisa lebih, bisa juga kurang, tergantung kepada lahan yang dapat
digunakan sebagai tempat pembuatan kompos, serta bahan baku yang akan dibuat
atau diproses. Bentuk lubang mudah dibuat . Selain itu, setiap bahan baku yang
akan dimasukkan hanya tinggal dijatuhkan ke dalamnya. Kekurangannya kalau musim
hujan air akan mengenang pada lubang, sehingga proses pengomposan akan
terhambat.
b. Menggunakan
bak, baik dengan dinding yang terbuat dari batu bata (tembok), dari bambu, dari
kayu ataupun dari bahan‐bahan lainnya. Keunggulan tempat ini ialah tidak
tergenang air disaat musim penghujan. Kekurangannya memerlukan biaya yang cukup
mahal untuk membuat dinding.
c. Pada
permukaan tanah, artinya timbunan bahan baku langsung ditempatkan pada
permukaan tanah tanpa lubang atau dinding. Dengan cara ini proses pengadukan
mudah dilakukan, selain itu tidak tergenang air dikala musim hujan.
2. Cara Pembuatan Kompos
Buat larutan MiG Decomposer dengan mencampur 1 liter MiG Decomposer
dengan air (jangan air PAM) sebanyak 10 liter, diamkan sebentar. Larutan tadi
cukup untuk mengkomposkan 1 ton sampah organik seperti limbah pertanian jerami,
kotoran kandang.
Agar proses pengomposan lebih cepat, sebaiknya bahan organik (berserat)
dihancurkan terlebih dahulu dengan cara mekanis (mesin penghancur/dicacah)
menjadi ukuran yang lebih kecil, kemudian letakan sampah organik tersebut pada
permukaan tanah secara bertahap (tiap tahap ketebalan 20 cm) kemudian
semprotkan/siramkan dengan larutan Agrobost pada tiap tahap, sampai mencapai
ketinggian 1 meter maksimum 1,5 meter. Selanjutnya tutup dengan terpal kedap
cahaya (agar mikroba tidak terganggu oleh cahaya matahari).
Lakukan pengecekan setiap 2 minggu, Amati! pengomposan berjalan baik bila
terjadi penyusutan volume bahan organik, bila dipegang terasa panas, kemudian
diaduk‐aduk sampai rata (setiap 2 minggu), tutup lagi dengan terpal. Proses
pengomposan biasanya selesai dalam waktu 6 minggu.
Proses pembuatan kompos telah selesai bila sudah berwarna coklat
kehitaman, tidak berbau, bahan lunak, temperatur kompos kembali ke suhu kamar,
maka kompos siap digunakan untuk pupuk segala tanaman, bermanfaat untuk memacu
pertumbuhan, menekan bakteri pathogen yang berasal dari tanah, terdapat bakteri
pengurai phosphat sehingga Phosphat yang terdapat dalam tanah diubah menjadi
partikel yg lebih mudah diserap oleh tanaman.
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengolahan
sampah organic yang tepat adalah mengunakan metode pengomposan, baik menggunkan
cara sederhana yaitu menggunkan ember dan drum, maupun secara modern yaitu
menggunkan bioaktivator (mig decomposer).
2. Kompos
adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik
yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat,lembab, dan aerobik atau anaerobic.
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi.
3. Cara
pengolahan kompos secara umum terbagi menjadi 3 sistem pembuatan kompos yaitu
Sistim Windrow Sistim, Aerated Static Pile dan Sistim In Vessel.
4. Kompos
yang baik memiliki standar yaitu temperature, kelembapan, aroma, dan kandungan
pH yang memenuhi syarat staqndarisasi pembuatan kompos.
5. Ciri-ciri
kompos yang baik, dapat dilihat secara kasat mata yaitu dari warna yang coklat
kehitaman, aroma yang khas seperti tanah atau humus dan apabila di kepal akan
menggumpal serta jika di tekan akan mudah hancur.
6. Penyimpanan
kompos yang telah jadi harus memperhatikan kelembapan janagn sampai banyak
berkurang, tempat penyimpanan yang terhindar dari sinar matahari langsung dan
air hujan, dan kemasan yang digunakan adalah kedap udara, tidak mudah rusak dan
lebih baik tidak tembus cahaya.
7. Kekurangan
dari kompos adalah kandungan unsur hara yang relative kecil, dan kelebihannya
yang utama adalah dapat memperbaiki dan menjaga struktur tanah serta aman
digunakan.
8. Teknik
dalam pembuatan kompos dapat dalam skala rumah tangga yaitu menggunakan tong
dengan kapasitas maksimal 80 liter.
9. Pengomosan
dengan bahan utama jerami di dukung oleh bahan bahan seperti Urea, SP36, Kapur,
Pupuk kandang dan Starter Trichoderma.
10. Pembuatan
kompos dengan mengunakan sistem bio activator (mig decomposer) merupakan kultur
campuran dalam medium cair berwarna coklat yang terdiri dari beberapa
mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
·
Anonim. 2011.
Pengelolaan sampah. http://www4.justnet.ne.ip/offifour/smoky.htm.
Di akses tanggal 9 desember 2011.
·
Anonim. 2011.
Pengertian Dan Proses Daur Ulang.
http://alamendah.wordpress.com
/2011/01/22/pengertian-dan-proses-daur-ulang./. Di akses tanggal
9 desember 2011.
·
Anonim. 2008.pengomposan.
http://plhspensa.blogspot.com
/2007/09/kompos. Di akses tanggal 9 desember 2011.
·
Anonim. 2009. Metode pengomposan .http://kiathidupsehat.com/tag/ Metode-pengomposan /. Di akses tanggal 9 desember 2011.
Saya akan sangat mengesyorkan perkhidmatan pembiayaan meridian Le_ kepada sesiapa yang memerlukan bantuan kewangan dan mereka akan membuat anda berada di atas direktori tinggi untuk sebarang keperluan selanjutnya. Sekali lagi saya memuji diri anda dan kakitangan anda untuk perkhidmatan dan perkhidmatan pelanggan yang luar biasa, kerana ini merupakan aset yang hebat untuk syarikat anda dan pengalaman yang menyenangkan kepada pelanggan seperti saya sendiri. Mengharapkan anda semua yang terbaik untuk masa depan. Perkhidmatan pembiayaan meridian adalah cara terbaik untuk mendapatkan pinjaman mudah, di sini ada email..lfdsloans@lemeridianfds.com Atau bercakap dengan Encik Benjamin Pada WhatsApp Via_ 1-989-394-3740 Terima Kasih untuk membantu saya dengan pinjaman sekali lagi dengan sepenuh hati saya bersyukur selama-lamanya.
BalasHapus